Dari pengalaman saya, sewaktu suami meninggalkan kami duluan pulang ke Rahmatullah dan rumah masih kredit atas nama saya, sama sekali saya nggak menaruh curiga tentang asuransi jiwa suami saya ini.
Bulan berselang jauh setelah kepergian suami, saya mengumpulkan dana duka lalu iseng telpon ke bank untuk menanyakan bagaimana kalau saya melakukan pelunasan sebagian. Ditanya alasan kenapa saya mau melunasi sebagian (saya mbatin ini bank iseng juga nanyanya, kenapa sebagian karena kalau mau melunasi semuanya uangnya gak ada). Tapi maksudnya ternyata kenapa mau melunasi, apa udah nggak betah nyicil.
Saya jelaskan karena suami nggak ada, maka perlu mengurangi beban bulanan. Setelah dia beramah tamah menyampaikan rasa belasungkawa, tak disangka-sangka, malah dia menjelaskan lebih panjang lebar bahwa kemungkinan suami saya punya asuransi jiwa dari KPR kami. Saya tak tau menahu, tidak pegang polis, dan tidak ada juga klausal soal asuransi jiwa dalam perjanjian kredit.
Dengan baik hati pihak bank memeriksa dokumen kami dan beberapa hari kemudian memberitahu bahwa benar sumai ada asuransi jiwa, karena dulu pengajuan KPR dengan sistem joint income. Alhamdulillah buat saya mah dengernya juga udah terhibur, urusan ngurusnya ribet dan nominalnya berapa gimana nanti.
Kemudian saya ditunjukkan polis asuransi jiwanya, yang memang terpisah antara saya dan suami. Dokumen ini sejatinya kita pegang (minimal copy-nya) pada saat akad kredit. Tentu bukan karena mengharapkan suatu waktu kita akan mencairkan uang pertanggungannya (jangan mauuu), namun ini adalah hak yang harus kita ketahui.
Ohiya, uang pertanggungan yang dicairkan sama sekali tidak akan mampir ke rekening kita dan bisa digunakan untuk kepentingan lain. Tapi benar-benar untuk membantu mengurangi cicilan bank. Kalau mau menambahkan sebagian dana, bisa pelunasan dipercepat. Kalau belum ada dana full dan masih tersisa hutang, bisa mengganti skema cicilan, entah itu menurunkan angka cicilan tapi jangka waktunya tetap lama, atau angka cicilan tetap tapi waktunya dipercepat.
Tapi tetep, nggak ada yang yang enak dengan punya cicilan, mau bentar lama, sedikit, banyak sama aja berhutang.. yah, itu hanya keterpaksaan semata. Yang penting pas bayar ikhlasin aja, biar nggak jadi penyakit!
Demikian share-nya, semoga bermanfaat.
Â