Mohon tunggu...
pelangi
pelangi Mohon Tunggu... Marketing -

Warna yang melukis wajah saya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Pak Tua dan Istrinya

17 Februari 2016   15:05 Diperbarui: 17 Februari 2016   15:12 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tolong kami tuan..

Tangannya memperlihatkan gestur pada setiap mata yang memandangnya

kami belum makan tuan..

kasihani kami nyonya..

 

Namun lampu kota terlalu sombong untuknya

Setiap mata yang melihat hanya berpaling untuk mencibir

Akh...

Rasa iba sudah menghilang kesudut sempit setiap hati

Nurani sudah lama mati dibunuh rasa curiga

Ketidak berdayaan sudah dipandang sebagai panggung sandiwara para malas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun