BBM Euro IV dan BBM Euro V, dua jenis BBM yang sering dijadikan bahan berita setahun ini. Ini dimulai ketika pertama kali Pertamina menjelaskan tentang rencana pembangunan beberapa kilang yang nantinya akan dapat memproduksi dua jenis BBM ini. Dilanjutkan dengan penetapan aturan standar emisi EURO IV oleh kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Februari yang lalu.
Tapi masih banyak yang sebenarnya belum begitu paham tentang BBM Euro IV dan BBM Euro V. Masih banyak yang mengenal bahan bakar sebatas Premium, Solar, Pertamax dan itu termasuk saya. Sampai pada sebuah kejadian di mana saya sedang mencari-cari info mobil baru dan salesnya meyakinkan saya bahwa brand yang dijualkan sudah siap dengan standar emisi Euro IV di Indonesia.
Tentang Standar Emisi Euro
Jadi mengapa kita membutuhkan standar emisi tertentu untuk kendaraan kita? Tentu saja untuk lingkungan yang lebih sehat lagi. Karena perlu diketahui bahwa dari kendaraan bermotor kita, ada emisi yang dikeluarkan. Emisi tersebut mengandung gas karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), volatile hydro carbon (VHC), dan partikel lainnya. Emisi yang dikeluarkan ini tentu mempunyai dampak yang negatif pada manusia ataupun lingkungan bila melebihi ambang konsentrasi tertentu.
Ada beberapa standar emisi yang digunakan di dunia, namun yang paling diadaptasi atau digunakan oleh berbagai negara lain adalah standar emisi Euro. Upaya yang diawali dengan niat untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, membuat Uni Eropa mengeluarkan peraturan yang memaksa teknologi transportasi menciptakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
Sejak tahun 1990 awal, Uni Eropa menetapkan peraturan yang di mana kendaraan wajib menggunakan katalis untuk mobil bensin. Standar ini disebut Euro 1. Dengan katalis untuk mobil dengan bahan bakar bensin, kadar bahan yang dapat menyebabkan pencemaran udara akan jadi lebih kecil. Setelah itu berturut-turut peraturan terus diperbaharui sehingga standar emisi pun terus berubah.
Standar Euro II dikeluarkan tahun 1996, Euro III di tahun 2000, Euro IV di tahun 2005, Euro V pada 2009 dan yang terbaru, Euro VI di tahun 2014. Untuk mobil diesel dan mobil komersial berukuran kecil dan besar, peraturan yang ditetapkan sama. Standar emisi Euro dinilai berhasil sehingga banyak digunakan di negara-negara lain.
Pabrik-pabrik mobil dan motor pun menciptakan teknologi yang dapat lolos uji emisi standar Euro ini. Namun untuk negara-negara yang memiliki standar yang berbeda, para pabrik memiliki teknologi yang menyesuaikan.
Walaupun begitu, ada beberapa pabrik kendaraan yang berusaha mengakali standar emisi ini. Bagaimana tidak, standarnya begitu ketat. Kita ambil contoh standar emisi Euro IV dan Euro, kadar CO2 pada standar ini dibatasi hingga 1,5. Untuk VHC pada Euro V harus ada di bawah 2% dari gas yang dikeluarkan kendaraan dan untuk NOx di bawah angka 0.46. Ada sanksi yang diberlakukan untuk produsen yang nakal ini.
Untuk mengikuti standar emisi Euro, tentu kita juga harus melihat bagaimana kendaraan yang ada dan kualitas bahan bakar yang tersedia. Kualitas bahan bakar harus bagus sehingga kita tentu tidak akan ragu untuk menggunakan standar emisi tertentu. Apabila kendaraan kita sudah siap untuk Euro IV tapi ternyata bbm belum ada yang kualitasnya seperti itu, akan percuma bukan?
Contohnya untuk Euro II, mobil diesel harus menggunakan solar dengan kadar sulfur di bawah 500 ppm. Untuk standar emisi Euro IV, minimal kendaraan kita meminum bahan bakar bensin RON 92. Jadi ingat ketika banyak bus yang menuliskan Euro 2 dan Euro 3 di bagian belakangnya.
Indonesia memang masih ketinggalan untuk mengikuti standar emisi seperti negara lain. Ketika Indonesia masih menggunakan standar emisi Euro II, Thailand sudah mempersiapkan Euro IV untuk penduduknya. Singapur dikenal sebagai negara Asean yang memiliki kualitas bbm yang baik, di sana mereka sudah menggunakan Euro V.
Jadi apakah kita akan berdiam saja tertinggal dari negara tersebut? Setidaknya dengan penetapan standar emisi Euro IV di Indonesia, kita mulai mengejar ketinggalan. Draft penetapan yang sebenarnya sudah disusun dari tahun 2012 ini
Pertama dengan mengeluarkan Pertalite dan Pertamax Turbo, Pertamina sebagai bumn yang bertanggung jawab untuk menghadirkan kualitas bbm yang baik bagi Indonesia ini, mengatakan bahwa dua produk ini kompatibel untuk standar emisi Euro III.
Lalu untuk menjawab tantangan berupa standar emisi Euro IV dan V, Pertamina membangun kilang yang akan dikelola agar bisa menghasilkan bbm yang berkualitas bagus sesuai dengan penetapan peraturan standar emisi oleh pemerintah.
Walau untuk pembangunan kilang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, selama menunggu dan masa adaptasi bbm Euro IV, Pertamina siap untuk mengimpor. Namun tentu saja mereka juga tetap berusaha untuk menghadirkan bbm Euro IV dari produksi sendiri yang diperkirakan siap tahun 2018.
Pertamina Series dan Dexlite akan menjadi produk Pertamina yang siap untuk bbm Euro IV. Walapun bukan produk baru, namun bbm ini akan sesuai dengan standar RON 92 dan sulfur konten di bawah 50 ppm. Sementara untuk bbm Euro V, kilang Balikpapan dipersiapkan agar bisa memproduksi bbm dengan standar tersebut. Dalam lima tahun lagi, kita akan siap menggunakan bbm Euro V dengan kualitas yang lebih baik dan dari produksi dalam negeri.
Bila nantinya kualitas bbm Indonesia sudah bagus, tentu saja yang akan menjadi pertanyaan siapkah kita menggunakannya? Karena bbm standar Euro IV dan V ini tentu tidak murah, namun mendatangkan dampak yang positif untuk lingkungan dan kita sendiri tentunya. Walau saya masih belum bisa memiliki kendaraan yang tepat untuk ini, namun setidaknya saya sudah bisa mulai menabung agar bisa memiliki kendaraan yang cocok untuk bbm Euro V, 5 tahun lagi.
*sumber table transportmeasures.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H