Saya sering minta tolong ke bapak untuk beberapa pekerjaan ringan di rumah yang tidak bisa saya lakukan karena kurang terampil menukang. Bapak dapat dikatakan sangat terampil. Begitulah, jika saya minta tolong ke bapak, saya tanyakan mau dibelikan apa pak. Bapak dengan tegas menjawab nasi padang pakai rendang atau ayam bakar.Â
Kata istri, bapak sangat jarang makan nasi padang saat anak-anak masih sekolah. Saya dan istri ikut bahagia saat bapak menikmati makanan yang kami sajikan. Beberapa kali, saat anak-anak kami masih di bawah lima tahun, kami mengadakan syukuran dengan mengundang keluarga inti makan-makan di rumah.Â
Bapak selalu datang lebih awal dan ini jadi momen kami mengobrol sambil menunggu saudara-saudara yang lain datang. Pernah satu waktu, kami mengadakan syukuran ulang tahun anak pertama kami di restoran cepat saji yang letaknya tak jauh dari rumah. Ini momen pertama bapak merasakan syukuran ulang tahun cucunya di restoran cepat saji. Dan. lagi-lagi diplomasi nasi ini berjalan membahagiakan. Saat sesi makan dimulai, bapak memanggil saya untuk menambah satu porsi nasi lagi
Memantau Proses Aqiqah
Satu momen lain yang mengharukan bagi saya adalah aqiqah anak pertama saya. Saya mencari iklan aqiqah di majalah. Waktu itu berarti saya masih tinggal berjauhan dengan bapak. Ada satu jasa aqiqah yang lokasinya tidak jauh dari rumah bapak. Setelah memesan melalui telepon, kami menginformasikan ke bapak terkait lokasi pemesanan aqiqah.Â
Tanpa kami sangka, bapak datang ke lokasi dan menyaksikan langsung semua proses penyiapan aqiqah mulai dari pemotongan sampai pengepakan. Dan, pada haru H, bapak hadir lebih dulu di acara pengajian yang kami adakan. Katanya, ini cucu pertama yang diaqiqahkan. Terpancar raut wajah bahagia bapak saat itu. Saat anak kami kedua aqiqah dua tahun kemudian, kami memilih lokasi aqiqah yang dekat rumah bapak semata-mata ingin melihat kebahagiaan bapak memantau proses aqiqahnya.
Kabar Terakhir saat Banjir
Awal 2014, sebagian wilayah Jakarta diguyur hujan berintensitas tinggi beberapa hari. Kondisi banjir pun tak terelakkan, termasuk di wilayah kontrakan kami di Jakarta Utara. Air masuk dari sela-sela ubin dan jalalan depan rumah. Kami pun mengungsi ke rumah bapak di gang sebelah yang masih aman dari banjir. Ada sekitar seminggu, kami mengungsi ke rumah bapak. Di rumah bapak, ada dua adik istri yang tinggal menemani bapak.
Pada suatu malam, napas bapak terdengar sesak. Ini kondisi yang sebenarnya cukup sering sejak setahun terakhir bapak sakit. Saat itu, saya masih menyelesaikan pekerjaan di laptop. Tidak jauh dari tempat tidur bapak. Segera saya bangunkan keluarga yang lain un untuk sama-sama mengecek kondisi bapak.Â
Adik kami memberikan alat bantu pernapasan untuk sedikit meringankan sesaknya. Saya bergegas menyiapkan motor untuk membawa bapak ke rumah sakit yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Sampai di rumah sakit, bapak dibawa masuk. Adik ipar dan istri ikut di dalam. Saya diminta istri untuk menunggui anak-anak di rumah dan bersiap jika sewaktu-waktu ada panggilan mendesak. Beberapa jam kemudian, istri mengabari bapak telah wafat.
Merenungi Kembali Pesan-Pesan Tersirat