Hal ini ia tegaskan ketika menanggapi persoalan e-government dalam rangka peningkatan pelayanan publik, agar semakin responsif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
"Saya lebih baik pakai teknologi lama, tapi kekayaan tidak mengalir keluar," kata Prabowo.
Indonesia Maju vs Indonesia Usang
Dari dua gagasan tersebut, kita sebenarnya bisa menilai perbedaan di antara Jokowi dan Prabowo. Bila capres 01 mengajak menuju Indonesia Maju, maka Prabowo justru sebaliknya. Capres 02 itu hanya ingin mengajak kita semua menuju Indonesia Usang.
Bila Jokowi mengajak masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel, maka sebaliknya dengan Prabowo.
Bila Jokowi ingin birokrasi pemerintah berorientasi melayani publik dengan cepat dan efisien, sehingga pelaksanaan e-government mutlak diperlukan, maka Prabowo tak mau seperti itu.
Alih-alih mengikuti perkembangan zaman, Prabowo justru mengajak kita semua untuk kembali dalam teknologi lama.
Dengan demikian, yang diinginkan Prabowo itu adalah Indonesia yang seperti beberapa puluh tahun lalu, di mana proses pelayanan publik sangat lambat, pemerintahan yang korup, dan budaya Asal Bapak Senang (ABS) merajalela. Dan itu tak lain adalah Indonesia di era Orde Baru.
Perubahan Sistemik Menuju Indonesia Maju
Apa yang digagas Jokowi melalui Pemerintahan DILAN (Digital Melayani) pada dasarnya adalah upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berorientasi melayani publik.
Sebab, Pemerintahan Digital mengandaikan dua nilai utama, yakni transparansi dan akuntabilitas. Di sini "seluruh isi dalaman" pemerintah bisa diketahui publik secara luas, sehingga mau tak mau aparatur negara dipaksa untuk berlaku apa adanya tanpa rekayasa.