Setelah saya mempelajari modul 2. 3 Coaching Sebagai Supervisi Akademik, adanya keterhubungan dengan modul - modul sebelumnya yaitu :
Keterhubungan dengan Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi  adalah serangkaian masuk akal ( common sense ) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Hal ini sejalan dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara : "Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis - jenisnya, keindahan ukiran,dan cara - cara mengukirnya. seperti itulah seorang guru, seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin"
Demikian juga dalam praktek / menjalankan peran sebagai Coaching, guru harus bisa fokus pada Coachee, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan.Prinsip Coaching  yang harus bisa membangun kemitraan, proses kreatif dan dan memaksimalkan potensi.Â
Ditambah lagi dengan percakapan Coaching dengan alur TIRTA, di mana guru harus bisa hadir sepenuhnya, menjadi pendengar yang aktif serta mampu menggali potensi Coachee dengan pertanyaan - pertanyaan berbobot. Seperti kita ketahui bersama bahwa paradigma berfikir Coaching adalah agar kita bisa memberdayakan rekan sejawat. Yang dimaksud dengan memberdayakan disini adalah untuk membantu rekan sejawat mengembangkan potensi diri dan menjadi otonom. Hasil dari berkembangnya potensi diri dan menjadi otonom akan berkemabng juga kompetensi mengajar guru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Jika proses belajar di kelas berkualitas maka kebutuhan belajar murid akan terpenuhi  dengan baik pula
Keterkaitan dengan modul 2.2. Pembelajaran Sosial Dan Emosional
 Pembelajaran Sosial dan Emosional ( PSE ) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini diharapkan anak  dan orang dewasa di sekolah memperoleh menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif.  Sehingga dapat memahami, menghayati dan mengelola emosi. menerapkan mencapai tujuan positif,merasakan den menunjukkan empati kepada orang lain.membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Dari sini dapat dilihat keterkaitannya bahwa untuk menjadi seorang Coach yang baik, yang memiliki kematangan pribadi seorang Coach, tentu harus memiliki,memahami dan bisa mengelola  serta  mengembangkan kompetensi sosial dan emosional dengan baik pula.
Dengan mempelajari modul ini, dan mempelajari modul - modul yang terkait,  yang tidak lantas hanya sebagai pengetahuan saja, namun perlu adanya implementasi / penerapan di kelas,sekolah atau di lingkungan komunitas. Keteladanan dan kolaborasi sangat menunjang  keberhasilan dalam praktik baik yang dilaksanakan di kelas, sekolah maupun lingkungan komunitas.
Dukungan dari Kepala sekolah, rekan sejawat dan stakeholder, menjadi penguat dan pemicu keberhasilan dari praktek baik secara keseluruhan. Diimbangi juga pengetahuan dari sumber lain  yang memiliki relevansi dengan  materi pokok yang akan dikembangkan melalui aksi nyata,
Demikian koneksi anta materi dari Modul 2.3 Coaching UNtuk Supervisi Akademik, yang terkoneksi dengan Modul 2.2. Pembelajaran Sosial Dan Emosi, dan Modul 2.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan murid. Secara keseluruhan merupakan rangkaian Modul 2. Praktek Pembelajaran Yang berpihak Pada Murid.