Manusia dan akal tentunya tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling mengikat dan memengaruhi. Akal yang dapat melakukan penafsiran yang mendalam merupakan suatu mukjizat yang tidak semua orang dapatkan. Penafsiran yang mendalam ini merupakan bekal bagi seseorang untuk dapat melakukan penalaran terhadap wahyu yang diberikan oleh Allah SWT. Sejatinya akal lah yang menjadi pembeda antara kualitas setiap insan. Akal akan mengantarkan setiap orang pada keputusan dan pemahaman yang berbeda.
    Wahyu yang ditransmisikan oleh akal secara baik akan menghasilkan dalil yang benar dan sesuai dengan hukum Islam. Dalam penalaran wahyu haruslah memiliki akal yang sehat dan luas. Karena akal akan sangat memengaruhi hasil dari berfikir itu sendiri.
Metode Penelitian
     Metodologi yang dipakai pada penulisan ini yaitu dengan menggunakan metode studi pustaka atau Literatur review. Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi, internet, dan pustaka lainnya. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penulisan. Tulisan ini mencantumkan penjelasan mengenai definisi serta penjabarannya.
Pembahasan
A.Definisi Akal dan Wahyu
    Akal secara bahasa berasal dari kata Arab al-'aql yang berarti kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu. Kata al-'aql merupakan mashdar dari kata 'aqola -- ya'qilu -- 'aqlan yang artinya "paham (tahu, mengerti) dan memikirkan (menimbang)".
    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akal diartikan sebagai daya pikir atau pikiran. Akal juga dapat diartikan sebagai: Kemampuan memahami lingkungan, Jalan atau cara melakukan sesuatu, Daya upaya, Ikhtiar.
    Jadi akal adalah kompleksitas pikiran, perasaan, dan keinginan batin. Dalam bahasa Arab, akal berasal dari kata aql yang muncul dalam Al-Qur'an sekitar 49 kali dalam bentuk kata kerja 'aqala, ya'qilun, 'aqalu, ta'qilun, na'qilu, dan ya'qilu yang mengacu pada penggunaan akal.
    Bagi Izutzu kata al-'aql masuk ke dalam wilayah falsafat Islam dan mengalami perubahan dalam arti. Dan dengan masuknya pengaruh falsafat Yunani ke dalam pemikiran Islam, maka kata al-'aql mengandung arti yang sama dengan kata Yunani, nous. Falsafat Yunani mengartikan nous sebagai daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia.
    Akal menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk hidup lainnya, hal ini dikarenakan manusia dapat menerima berbagai pengetahuan teoritis. Selain daripada itu, akal yang diperoleh oleh seseorang dari pengalamannya akan mempengaruhi hidupnya termasuk memperhalus budinya. Tak jarang akal pun menjadi insting bagi manusia terhadap peristiwa yang akan terjadi kedepannya atau terhadap dampak dari peristiwa yang sedang terjadi.