"Baik, bu." Penjaga panti itu lantas beranjak keluar dan menempatkan kembali pintu pada posisi tertutup rapat.
"Lian sudah di panti asuhan ini sejak lahir, awalnya saya berpikir tidak akan memberikan Lian kepada siapapun pengadopsi yang meminta Lian." Ibu panti menyelang ucapannya dengan helaan nafas yang lumayan berat.
"Namun setelah ibu pikirkan kembali, Lian berhak mendapatkan hidup yang belum dia dapatkan sebelumnya. Lian terlampau riang, sehingga membuat pengasuh bingung kapan dia merasa sedih. Untuk usia belianya saya akui dia amat pandai mengatur emosi, selalu menempatkan emosi marah dan penat pada posisinya. Yang ditakutkan adalah, emosi yang selalu dia tempatkan pada posisinya, apakah juga dia ekspresikan berdasarkan porsi yang seharusnya. Kita semua orang dewasa tentu paham, bahwa emosi haruslah diekspresikan dengan sebenar-benarnya, Karena dampak-dampak besar pada kesehatan mental akan berakibat fatal di masa depan. Terlepas dari semua itu, perlu diketahui bahwa Lian begitu santun dan rama, gemar membantu, dan begitu cerdas memecahkan masalah."
"Selanjutnya apakah ada yang ingin ditanyakan, nak?"
"Mengapa Lian bisa berada disini sejak dia lahir?"
"Di depan gang panti asuhan ini ada ruko tukang jahit, lihat? pemiliknya adalah mendiang ibunda Lian. Menjadi ibu tunggal sehari sebelum Lian lahir, penyebab meninggalnya ayahanda Lian tidak bisa saya terangkan. Yang pasti, kepergian sang suami betul-betul mengguncang mental mendiang ibunda Lian. Malam itu, kami (ibu panti dan ibu penjaga panti) sengaja bermalam di ruko tempat tinggal ibunda Lian, karena HPL sudah terlewat, kami cemas terjadi kontraksi saat malam hari dan tidak ada yang menolong. Tengah malam sepertinya, semuanya terjadi begitu cepat. Mendiang ibunda Lian dinyatakan telah gagal denyut jantung dalam perjalanan menuju tempat bersalin, penyakit asma yang kronis juga lemah jantung menjadi pemicunya. Pukul satu tepat dini hari, hari senin, tanggal 19 Juli, dokter bersalin berhasil mengeluarkan Lian dari rahim mendiang ibundanya dengan selamat."
"Bu, saya ada dua pertanyaan lagi. Boleh?"
"Silahkan."Â
Memang sedari tadi, ibu panti bercerita dengan tatapan mata yang kosong, matanya sudah berlinang, namun air matanya tidak terjatuh.
"Apakah nama Lian adalah pemberian mendiang orang tuanya?"
"Bukan."