Hari ini jadwal saya menyambangi panti asuhan, entah sudah panti asuhan yang ke berapa, yang pasti semoga anak yang saya cari ada disini. Saya benar-benar mencari anak untuk diadopsi dengan kriteria yang sangat spesifik, anak perempuan balita, dengan ciri fisik yang harus sangat mirip dengan saya, berkulit putih langsat dengan kornea mata yang hitam legam dan rambut lurus yang hitam pula.
Saya seorang wanita yatim-piatu sejak bangku SMA, baru saja lulus sarjana, bekerja freelance dengan upah diatas UMR, tidak tinggal dengan sanak saudara, tentu saja masih melajang, dan dalam beberapa bulan terakhir sering merasa kesepian.
"Di depan ruko tukang jahit ya neng?"
"Iya pak."
Kali ini saya pergi dengan ojek online, karena jarak panti asuhan tujuan terakhir saya ini lumayan jauh dari tempat saya tinggal, juga tidak dilalui angkutan umum, letaknya kurang strategis karena harus masuk ke gang kecil. Tapi bangunan pantinya terbilang luas untuk ukuran panti asuhan di daerah kecamatan, dengan ibu pendiri panti asuhan yang dinobatkan sebagai ibu dengan senyum paling ramah se kecamatan.
Jika penjaga panti asuhan benar, seharusnya saya hanya perlu menunggu ibu panti sekitar 15 menit, namun 9 menit berlalu ibu panti masih belum terlihat juga wujudnya di ujung gang. Saya sudah menyebutkan kriteria spesifik anak yang saya cari kepada penjaga panti, penjaga panti tidak yakin ada anak asuhnya yang cocok betul dengan spesifikasi yang saya sebutkan, sekarang ia tengah memeriksa semoga ada yang mendekati kriteria.
"Neng, ada."
"Yang benar saja bu?"
"Saat masih bayi rambutnya sehitam ini neng." Seraya penjaga panti memperlihatkan photo bayi dengan selimut merah polos.
"Sekarang usianya hampir 4 tahun, rambutnya benar-benar lurus tanpa gelombang, tapi sekarang rambutnya sedikit memerah neng. Dia suka panas-panasan."
"Assalamu'alaikum." Terdengar ucapan salam itu diiringi bunyi pintu ruang tunggu terbuka.