Mohon tunggu...
Lely Nur Azizah
Lely Nur Azizah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa psikologi semester akhir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dibalik Layar Kisah "Psycho-Pass"

19 Juni 2015   21:27 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:38 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah, jika aku mengingat proses kami, rasanya hangat sekali dada ini. Rindu sebenarnya pada proses-proses itu, tapi sungguh saat ini membayangkannya saja aku tak mampu. Aku yang mendapat amanah menjadi course designer merasa beruntung memiliki team yang benar-benar solid dan membantu. Awalnya benar-benar serasa buntu, benar-benar serasa rumit dan tak jelas titik temunya. Pertanyaan-pertanyaan terkait bagaimana kami harus menggabungkan empat mata kuliah menjadi satu integrasi yang terpola seakan menjadi sarapan pagi bagi mahasiswa psikologi angkatan kami. Bagaimana stressnya membuat koding dan maping masalah yang kemudian harus kami olah dalam bentuk proposal pelatihan yang di dalamnya terdapat desain pelatihan yang tak boleh lepas dari tehnik modifikasi perilaku dan konseling benar-benar menjadi stresor tersendiri bagi kami, ditambah lagi maunya masing-masing dosen selalu saja berbeda.

Awalnya semua mahasiswa stress, termasuk kami, setiap rabu menunggu giliran konsul yang selalu berakhir ba’da magrib, yang endingnya kami gunakan untuk wkwkwk (istilah yang biasa kami pakai untuk kegiatan bernama “bercanda”). Setiap malam kamis kami ngecamp, dan bisa dipastikan kami tidak akan tidur semalaman, padahal hari jum’at adalah hari yang padat bagi sebagian kami, aku sendiri kuliah dengan beban 7 sks pada hari itu. Seiring berjalannya waktu ngecamp bahkan justru menjadi rutinitas yang kami tunggu-tunggu. Karena bagi kami, ngecamp bukan hanya sekedar nugas, ngecamp adalah tempat berkumpul, katarsis, curhat, konseling, wkwkwk bersama, atau hanya sedekar duduk diam membagi energi yang masih tersisa. Dari sini kami bahkan tau masing-masing ekspresi team ketika bangun tidur hingga tidur lagi. Ekspresi lelah, binggung, senang, khawatir, marah, bahagia, sedih, semua sudah terekam dengan baik dalam otak kami masing-masing.

Masih sangat lekat dalam ingatanku ketika awal-awal kami konsultasi dan kami ‘dibantai’ habis oleh subjek matter expert –bu Fina, ketika kami mengajukan grand design pelatihan yang ngawur tanpa landasan jurnal penelitian internasional. Ketika itu kami hanya bisa gigit jari sembari cengar-cengir dihadapan beliau, dengan tenaga yang masih tersisa karena dikuras habis untuk ngecamp pada malam harinya, kami hanya bisa mengangguk-angguk ketika bu Fina mencoret hampir semua grand design yang telah kami susun ‘mati-matian’. Walau pada akhirnya beliau sangat mengapresiasi apa yang telah kami kerjakan, tetap saja coretan tinta merah yang beliau torehkan mampu membuat kita tiba-tiba saling berpandangan dan tertawa lepas dengan wajah-wajah pucat pasi menahan shock.

            Perjalanan akademik selama empat bulan serasa begitu berwarna dengan hadirnya mereka. Dan kau tahu, selama enam semester, inilah kuliah yang sebenar-benarnya. Dan lagi-lagi aku teringat kata salah seorang team psycho-pass “Mahasiswa kok turu”. Haha.. Selagi masih muda mari jalani, nikmati dan maknai setiap proses yang Allah beri dengan cara terbaik yang kita miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun