Rinjani??
Bagi semua pendaki, Rinjani adalah mimpi-mimpi yang harus di jalin, di cita-citakan
Seolah-olah pergi kesana adalah hilir dari semua perjalanan sebelumnya .
Siapa yang tak ingin ke Rinjani,
Namanya saja sudah terdengar begitu cantik di telinga
Puncaknya bahkan lebih elok lagi..! Puncak Anjani
Tapi tunggu sampai kamu sendiri pergi menapaki semua trek disana..
Pfiuhhh begitu panjang!
Bahkan letter E yang terlihat sejak pagi menjelang seperti tak ada habis-habisnya untuk di lalui.
Letter E yang begitu jahanam !
Buat saya pribadi, bahkan lebih jahanam di banding Bukit penyesalan yang memang bikin menyesal,
Kenapa sih saya ada disini?? Kan lebih nyaman rebahan di kamar sambil menyeruput teh hangat
Cuma penyesalan itu tidak berlangsung lama ketiba  saat matahari terbenam kami tiba di Bukit Plawangan dan mendadak disuguhkan pemandangan menakjubkan! Perpaduan dari matahari yang beranjak pergi, awan yang menggumpal ,tenda warna warni yang begitu cantik dan tentu saja bintangnya adalah view milik danau Segara Anak .
Rasanya ingin  waktu berhenti saat itu juga .
Menikmati keindahan semesta yang terhidang di depan mata..
Ribuan dokumentasi yang kemudian tercipta rasanya masih kalah dengan kenangan yang ada di kepala.
Masuk dan tertanam di kalbu.
Sebenarnya bahkan sejak mulai perjalanan dari basecamp Sembalun,keindahan Rinjani sudah terlihat begitu cantik menawan.
Puncaknya yang terlihat dari kejauhan tampak begitu anggun.
Dengan ketinggian sekitar 3.726 mdpl , Rinjani menjadi atapnya NTB dan masuk dalam seven summit pendakian di Indonesia karena menjadi gunung ke 2 tertinggi di negeri ini.
Hal ini mungkin juga menjadi alasan lain bagi para pendaki untuk menuntaskan daftar gunung-gunung tertinggi yang harus dikunjungi agar lengkap list dalam seven summit nya.
Oleh karenanya ia termasuk dalam trek panjang sehingga membutuhkan waktu menginap lebih dari 1 malam di atas..
Saat itu kami menghabiskan 2 malam di Plawangan yang merupakan pos nge-camp sebelum summit ke puncak. Â Namun ada juga beberapa orang yang menghabiskan waktunya lebih lama dengan alasan agar lebih santai sehingga dapat lebih lama menikmati pesona Rinjani yang namanya juga sudah tersohor di manca negara. Dan biasanya memang mereka yang berasal dari luar Indonesia yang melakukan hal tersebut.
Ada beberapa jalur basecamp yang dapat kita pilih untuk memulai pendakian. Sembalun, Senaru dan jalur baru Torean yang katanya jauh lebih indah dan menantang..
Saat itu kami memilih jalur Sembalun..
Semua variasi trek pendakian /bentang alam bisa kita temukan semua disini.
Hutan, pasir, tanjakan, sabana, danau dan semua..
Dalam perjalanan pos 2, sabana  yang menghijau lengkap dengan sapi-sapinya membuat pengalamannya begitu lengkap ! begitu hidup !
Tidak mungkin utk melewatkan view ini begitu saja tanpa mengambil foto
Kita bisa memilih menuju pos 2 dengan memakai jasa ojek atau berjalan kaki.
Naik ojek tentu saja bisa menghemat waktu dan tenaga, tapi siap2 mengeluarkan kocek yg lumayan.
 karena harganya  bisa 5-10 kali lipat dibanding ojek yang ada di basecamp gunung2 di pulau Jawa .
Untuk yg mau berjalan kaki , tidak perlu khawatir..kamu bisa berisitrahat nant di pos 2 dengan setelah melalui perjalanan panjang dari basecamp. Di pos ini, banyak shelter  spt rumah panggung yg berjajar rapi ,siap untuk di singgahi. Disini juga petugas biasanya memeriksa simaksi kita.
Perjalanan menuju pos selanjutnya adalah menapaki sabana yg luas.
Disni lah saya bertemu dgn banyak porter lokal yg luar biasa.
Dengan hanya menggunakan kaos oblong biasa (Bahkan ada yg bertelanjang dada!) dan sendal jepit lokal, tapi mereka bisa berjalan dengan lincah padahal jelas mereka membawa beban logistic yang berat ..
Trek menuju  pos 3, pos 4 terus menanjak dan eng ig engg...tibalah kita di Bukit Penyesalan ! Konon katanya ada 7 bukit yg harus kita lalui dengan jalanan yang tentu saja masih menanjak hahha..
Saat itu sy tidak lg menghitung sudah berapa bukit yang sudah terlewat.
Boro-boro lah menghitung, dengan tenaga tersisa, sudah untung kita masih bisa terus berjalan..
Pelan-pelan saja, nanti juga sampai kok...
Walaupun seperti yg sudah sy tuliskan di awal, rasanya memang terus menyesal saat menyusuri jalur ini ..kenapa oh kenapa kita ada di tempat ini, sementara tentu saja rebahan di rumah lebih menyenangkan hahha..
Mungkin memang saking curamnya , sehingga di beberapa tempat kita dapatkan jalur yg dibuat seperti tangga dengan tali pengaman dari tambang  di kanan kiri kita sebagai pegangan.
Dan semuanya terbayarkan ketika tiba di Bukit Plawangan !
Hanya jujur saja, saat itu rasanya ngeri membayangkan kita akan nge-camp di tempat sempit dan nan curam ini . Jalurnya hanya segaris memanjang dan depan belakang kita adalah jurang ..
Jangan bandingkan dengan alun2-alun Surya Kencana di gunung Gede ya ! Jauh ...kalau disana siih kita bisa main layangan dan berlari-larian hahha..Hanya sepertinya memang tidak ada pilihan lain bagi pendaki yg mulai pendakian via Sembalun karena mungkin ini adalah tempat yg paling memungkin kan sebelum memulai Summit.
Malam itu kami berencana pergi Summit lebih awal.
Namun, tepat tengah malam - 1 malam sudah banyak pendaki yg melalui tenda kami utk memulai perjalanan Summit lebih dulu. Sepertinya kami start sekitar jam 2 dengan harapan bisa sampai di Puncak seawal mungkin . Kebetulan kami pergi di akhir tahun yang masih merupakan musim penghujan. Kami tidak ingin terjebak badai..
Lalu , perjalanan Summit dimulai..
Di awal , kami sudah menemui trek berat..Pasir yang dalam membuat langkah kaki sangat berat.Belum-belum tenaga sudah terkuras habis. Untung saat itu masih gelap , sehingga kami tidak bisa melihat trek sebenarnya. Saat kembali pulang, kami baru sadar bahwa trek yg kami lalui di awal perjalanan tersebut adalah Punggunggan.. Dengan kemiringan hampir 90 derajat, pantas saja kalau trek itu begitu berat ! Dan bisa dimaklumi kalau beberapa orang memilih kembali pulang..tidak meneruskan perjalanan menuju puncak.
Saya sendiri kagum dengan diri saya sendiri, kok bisa-bisa nya saya mampu melewati nya...Sombong sekali-sekali boleh ya hahhha
Tapi sombongnya hanya boleh sebentar, karena tanpa ijin sang Kuasa dan support dari teman2 tim terutama teman porter, rasanya saya pasti menyerah deh..
Rasa putus asa ini juga sempat mampir saat melalui letter E yang panjaaangggg...seperti tak ada habisnya. Beberapa pendaki bahkan saya lihat tertidur di jalur ini karena mungkin kelelahan atau kurang tidur semalam. Untung cuaca masih  bagus di awal-awal perjalanan sehingga terhibur dengan view nya yang wow ! tak bisa di gambarkan pokoknya..
Danau segara anak masih setia menemani sepanjang perjalanan , lalu langit dan  gumpalan awan yang begitu dekat...rasanya ingin menyentuh langsung. Para pendaki yang kelihatan kecil dari jauh juga menarik untuk di pandang..
Lalu yang kami khawatirkan datang..hujan mulai turun di tengah jalan
Kami harus cepat melangkahkan kami walau rasanya sudah berat sekali , terutama di trek berpasir menuju puncak . Walau katanya ini tidak sedalam pasir di trek summitnya Semeru, tapi kok ya tetep sulit ya buat saya pribadi Mental ini sebenarnya makin ciut ketika hari makin siang , hujan makin deras dan para pendaki lain sudah turun dari  puncak. Tapi sudah kadung sampai sini, mosok sih tidak di lanjutkan??
Dengan prinsip pelan-pelan juga nanti sampai kok, saya dan 1 teman lain ditemani seorang porter yang baik hati setia menemani dan menyemangati kami untuk tidak menyerah terus berjalan.
Dan taraaaa...akhirnya finally !! Alhamdulilah..segala puji hanya millik Alloh karena mengijinkan kami untuk menginjakkan kaki sampai di puncak !
Tapiiii....kita hanya bisa berada disana sekitar 10 menit karena hujan turun semakin deras dan kami takut badai akan segera tiba.
Saat itu sekeliling kami memang sudah tidak terlihat apapun, seperti tembok putih saja..
Jadi kami hanya bisa mengabadikan moment itu sebentar dengan bergantian memegang "papan nama" milik Dewi Anjani seperti layaknya moment2 lain jika kita bisa sampai di puncak.
Hanya kali ini terasa luarr biasa mengingat perjuangan dan jaraknya yang jauh dari rumah..
Perjalanan ini
Perjuangan ini
Seperti mimpi dan janji yang terbayar lunas..
Seperti bayangan yang dapat kami sentuh..
Terasa begitu nyata..
Lalu hanya rasa syukur dan terima kasih yang tak berkesudahan ..Mungkin ini adalah perjalanan once in a lifetime buat saya..
Tapi kenangan nya akan terus abadi dalam pikiran dan hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H