Mohon tunggu...
Leli Hesti
Leli Hesti Mohon Tunggu... Dokter - *Minat dengan hal-hal baru dan teman-teman baru*

*Minat dengan hal-hal baru dan teman-teman baru*

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hati-hati Keracunan Arsen

1 Agustus 2016   14:49 Diperbarui: 1 Agustus 2016   14:59 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Selama beberapa dekade, Badan Pengawas Makanan nya Amerika (FDA = Food and Drug Administration)  telah memantau kadar logam berat dalam makanan. Kadang-kadang terdeteksi lah sejumlah kadar arsenik, kadmium, dan timbal dalam buah-buahan, sayuran dan biji-bijian yang disajikan. Masih ingat kasus Alm. Munir? sang penggiat HAM itu di duga meninggal dunia akibat keracunan (intoksikasi) arsen. Saya tidak akan berbicara dari kasus hukum nya karena memang bukan bidang saya..namun mari mengupasnya dari segi kesehatan dan lingkungan.

Arsen adalah salah satu senyawa yang masuk ke dalam golongan logam berat..Logam berat seperti arsenik, kadmium dan timbal secara alami hadir dalam air dan tanah. Di beberapa tempat, konsentrasi mereka meningkat sebagai akibat dari polusi industri dan penggunaan pestisida yang berbasis timbal dan arsen. Sedangkan kadmium adalah kontaminan dalam pupuk berbasis fosfor-(WHO 2010).

Intoksikasi (keracunan) arsen yang sifatnya akut saat ini jarang terjadi di tempat kerja, biasanya terjadi karena konsumsi peroral akibat bunuh diri, ataupun percobaan pembunuhan.. Bahkan tokoh dunia sekelas Napoleon Bonaparte diduga juga tewas karena hal yang sama. Senyawa arsen oksida itu sendiri berbentuk serbuk putih yang larut dalam air, tidak berasa, dan sukar dideteksi jika telah lama di konsumsi. Oleh karena itu ia termasuk senyawa ‘favorit’ yang digunakan sebagai alat kejahatan.

Yang lebih sering adalah intoksikasi kronis akibat ketidaktahuan, misalnya dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari ternyata mengandung berbagai jenis senyawa tambahan, termasuk senyawa yang satu ini. Arsen yang masuk ke dalam tubuh secara berulang dan tidak diekskresi akan ditimbun dalam hati, ginjal, limpa dan jaringan keratin (rambut dan kuku).

Setelah penghentian paparan, arsen yang tertimbun akan dilepaskan secara perlahan dari depotnya dan menimbulkan gejala yang menetap. Keracunan arsen kronis dapat menetap berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dengan menunjukkan satu atau lebih sindroma yang berbeda.Efeknya paling sering pada syaraf tepi dan kulit.

Namun fungsi lever dan ginjal juga akan terganggu.Selain itu penderita juga akan mengalami gejala mual/muntah dan diare. Konsentrasi arsenik tinggi dalam makanan juga dapat  menimbulkan risiko kanker.

Menurut FDA , Selain dapat ditemukan dari air minum , kadar arsenik secara konsisten meningkat pada beras dan makanan yang dibuat dari  tepung beras, dedak dan pemanis (sweetener) berbasis beras. Wortel, jamur, kacang tanah, rumput laut, jus buah dan anggur juga kadang-kadang memiliki konsentrasi arsenik tinggi (FDA 2011). Di Amerika sendiri sudah ada kebijakan mengenai “batas aman” berapa jumlah arsen boleh yang ada dalam beras..

Di Indonesia sendiri rasanya belum ada kebijakan serupa ( monggo di koreksi jika saya salah), jadi alih-alih menunggu kebijakan itu lahir , kita bisa bertindak sendiri mulai sekarang dengan sebisa mungkin menghindari banyaknya arsen yang masuk ke dalam tubuh dengan cara berikut :

1. Batasi konsumsi beras/nasi

Selain mengurangi jumlah kalori yang masuk, maka membatasi konsumsi beras juga mengurangi kemungkinan adanya arsen yang masuk ke tubuh kita. Lebih sehat bukan? Ini seperti pepatah sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui.

2. Bilas beras dan memasak nasi di dengan air ekstra (lebih banyak)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun