Pandemi covid-19 masih ada dan belum juga usai yang mana hingga memengaruhi berbagai tatanan terutama di bidang pendidikan. Penerapan PBSB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang terjadi di Indonesia, yang mana mengharuskan seluruh kegiatan pendidikan secara tatap muka dialihkan menjadi online.Â
Tentunya, hal ini berlaku kepada seluruh pondok pesantren di Indonesia. Namun, ada beberapa pondok pesantren yang tidak memulangkan para santrinya dan mengganti sistem perpulangan dengan cara memberikan ruang terbatas untuk menghindari penyebaran virus Covid-19 secara luas.Â
Seperti, perizinan keluar masuk pondok diperketat, sambangan (orang tua santri menjenguk santrinya dipondok) ditiadakan sementara serta memperketat prokes (program kesehatan) untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti halnya Pondok Pesantren Raudlotul Ummah Gandasoli, sebagai salah satu pondok pesantren yang menerapkan kebijakan tersebut untuk pencegahan virus Covid-19.Â
Oleh karena itu salah satu anggota KKN RDR 77 UIN Walisongo kelompok 132 yang sekaligus menjadi warga desa Gandasoli dan sedang melaksanakan KKN di desa tersebut memanfaatkan momen pengabdian masyarakat ini di dalam pondok pesantren dengan membantu pendampingan belajar santri tingkat pertama di lingkungan pondok.Â
Dalam hal ini, saya memutuskan untuk melakukan pendampingan belajar santri Bahasa Arab yang dilaksanakan setiap 3 kali dalam satu minggu, yakni pada hari sabtu pagi hingga siang dan selasa siang.Â
Namun, ditengah terjangan pandemi saat ini, pondok pesantren melakukan ikhtiar dengan iringan doa yang dipimpin oleh para ulama yang mana itu merupakan langkah batin untuk menyempurnakan langkah ketat ditengah pandemi.Â
Pelaksanaan sholat berjamaah berjarak, pembelajaran yang beralih menjadi daring (online),sambangan (orang tua yang menjenguk anaknya di pondok pesantren) yang ditiadakan sementara, dan hal-hal lain adalah hasil ikhtiar yang dilakukan pondok pesantren yang tidak memulangkan para santrinya dari kemelut selama pandemi. Seiring berjalannya waktu, lika-liku yang dihadapi pesantren untuk mempertahankan santrinya dari pengaruh bebas telah terlewatkan sedikit demi sedikit.Â
Hadirnya vaksin dari pemerintah dan salah satunya menyasarkan kepada institusi pendidikan, baik umum dan agama menjadikan langkah terobosan untuk penanganan Covid-19.Â
Tiba saatnya memasuki penghujung akhir tahun 2021, telah banyak pesantren serta para santrinya yang mendapatkan jatah untuk proteksi diri dengan penyuntikan vaksin. Ini tidak lain merupakan bentuk kepedulian pemerintah untuk mengembalikan kestabilan yang hilang selama setahun lebih akibat pandemi.Â
(Oleh Leli Nurlitasari,Peserta KKN RDR 77 UIN Walisongo Kelompok 132)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H