Namun, perkembangan ini juga membawa tantangan yang tidak bisa diabaikan. Hagel menekankan bahwa setiap kemajuan pasti memiliki "negativitas" yang harus diatasi. Dalam sebuah konteks digitalisasi, tantangan ini berupa pembohongan, polarisasi masyarakat, dan kesenjangan digital. Pembohongan yang menyebar luas melalui media sosial, misalnya, sering kali memicu konflik konflik sosial dan memperburuk polarisasi. Hal Ini menunjukkan bahwa kesadaran bersama masyarakat belum sepenuhnya matang, dan proses dialektika masih berlangsung.
Â
Hegel percaya bahwa adanya tujuan akhir dari sejarah adalah pencapaian roh absolut, di mana kebebasan dan rasionalitas tercapai sepenuhnya. Dalam konteks Indonesia, hal ini dapat diwujudkan melalui penggunaan teknologi internet yang bertanggung jawab dan inklusif. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa perubahan era digital tidak hanya menguntungkan bagi beberapa orang, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Program seperti pemberian akses internet di daerah pelosok dan literasi digital merupakan langkah untuk menuju tujuan ini.
Kesimpulan, Dalam kerangka Hegelian, fenomena digitalisasi di Indonesia merupakan bagian dari perjalanan panjang menuju kesadaran bersama yang lebih matang. Meski banyak tantangan, proses ini mencerminkan potensi bahwa masyarakat Indonesia mengusahakan terus berkembang dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman ini. Seperti hal nya yang ditegaskan Hegel, sejarah merupakan perjalanan menuju kebebasan, dan perjalanan ini, meski akan berliku liku, selalu harus mengarah yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H