Satu minggu ini, Jagat Maya di Hebohkan dengan Hastag #Pride yang berwarna-warni layaknya warna Pelangi. Tagar tersebut dibuat dalam rangka memperingati Bulan Dukungan terhadap Kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual Transgender).
Beberapa perusahaan Global juga terlibat aktif dalam memberi dukungan tersebut. Sebut saja The Body Shop, Starbucks, Nike, Unilever, Apple, Instagram, Facebook, Google dan masih banyak lainnya.
Ada yang terang-terangan membuat pernyataan resmi, namun ada juga yang masih diam-diam. Walaupun diamnya mereka juga, sudah jelas sekali dukungannya terhadap LGBT.
Contohnya saja Instagram dan Facebook yang dimiliki oleh Mark Zuckerberg. Kedua Media Sosial tersebut mendukung LGBT melalui Aplikasinya. Terdapat Hastag “Pride” yang Ketika diketik, maka akan langsung muncul tulisan dengan warna Pelangi.
Namun, secara resmi mereka tidak pernah mengeluarkan statement ataupun pernyataan yang memberikan sikap bahwa mereka mendukung LGBT.
Balik lagi kepada Bulan dukungan LGBT, ada hal yang menghebohkan terjadi. Kehebohan tersebut terjadi karena Unggahan yang dibuat oleh Akun Resmi Unilever Global dan Starbucks. Dalam unggahannya, kedua perusahaan tersebut secara terang-terangan memberikan pernyataan resmi kepada Publik bahwa mereka memberikan dukungan kepada kaum LGBT.
Mau tahu kenapa jadi heboh? Coba kalian cari Akun Resmi Kedua Perusahaan tersebut yang ada di Instagram. Kemudian cari postingan mereka yang menuliskan tentang Dukungan terhadap Kaum LGBT. Kalau sudah ketemu, kemudian kalian baca kolom Komentar.
Apa yang terjadi? Netizen +62 atau Netizen negara berflower yang memeuhi kolom komentarnya. Walaupun akun tersebut merupakan akun resmi Induk Perusahaan dan Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Inggris, tetap saja isinya yang mengirimkan Komen itu Netizen Indonesia. Mungkin Unilever & Starbuck perlu lebih banyak lagi belajar mengenai karakteristik pengguna Sosial Media di Indonesia.
Belum tahu mereka kekuatan Jari Netizen +62. Akun Media Sosial Salah satu Influencer dari Filipina aja bisa langsung shutdown, apalagi yang beginian. Hehehehehehehe
Kembali ke 2 kasus diatas, sepertinya menarik sekali untuk dibahas. Ada hal yang menggelitik atas apa yang dilakukan Global Company tersebut. Apakah Mungkin, Pernyataan yang keluar dari Akun Resmi Perusahaan Global tersebut tanpa melalui riset terlebih dahulu?
Sepertinya tidak! Tidak mungkin perusahaan yang memiliki asset triliunan dollar tersebut bertindak gegabah dalam mengeluarkan pendapat. Untuk membuat sebuah Logo saja, mereka berani mengeluarkan uang Milyaran rupiah.
Apalagi untuk kasus ini. Selain membuat sebuah Logo khusus yang memrepresentasikan dukungan terhadap LGBT, mereka juga berani membuat sebuah pernyataan resmi yang dilakukan melalui kanal resmi sosial media yang dimiliki perusahaan secara resmi.
Lalu, apakah perusahaan tidak mempertimbangkan jumlah populasi manusia berdasarkan agamanya? Seperti yang kita tahu, jumlah penduduk Muslim yang ada di Dunia ini sudah mencapai 1/3 dari total seluruh penduduk.
Sedangkan yang kita tahu, Umat Muslim sangat sensitif sekali terhadap yang Namanya LGBT. Menurut kepercayaannya, LGBT bukan merupakan suatu penyakit. Namun lebih kepada Hasil yang terjadi dari sebuah proses dalam suatu lingkungan.
Jadi, LGBT tersebut tidak dibenarkan. Silahkan saja orang-orang merasa jika dirinya itu Lesbian, Gay ataupun Transgender. Yang penting tidak mempromosikannya kepada masyarakat. Karena ada ketakutan jika anak atau keluarganya akan terpengaruh. LGBT itu harus disembuhkan, bukannya harus dimaklumi.
Sama halnya dengan orang yang terkena Flu, orang tersebut harus disembuhkan dengan cara pembatasan jarak dan aktifitas. Karena dikhawatirkan akan menular. Tapi bukan berarti orang Flu tersebut harus dijauhkan. Karena mungkin tidak sepenuhnya penyakit itu terjadi atas kesalahannya pribadi. Bisa saja ada yang menularkannya Ketika tubuh mereka dalam keadaan lemah sehingga mudah sekali tertular.
Sangat menarik sekali untuk digali lebih mendalam. Namun, ini tidak bisa dilihat dalam waktu yang dekat. Perlu waktu beberapa tahun untuk bisa membaca apa yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut. Apakah strategy ini hanya Gimmick belaka yang dilakukan untuk meningkatkan nama Perusahaan, atau kah mereka memang concern terhadap hal tersebut.
Semoga saja Netizen Indonesia kali ini tidak sadis. Report membabi buta hingga akun resmi sebuah perusahaan bisa tertutup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H