Â
Kuhapus setetes airmata. Tuhan tak pernah bodoh, Na. Ia memakaiku untuk menemani hari-hari menuju kepulanganmu. Kau benar, kadang Tuhan tak membutuhkan persetujuan kita untuk menggenapi rencananya. Meski sakit, harus kuterima. Sesakit saat kau berkata tak ingin berjumpa denganku di hari ke-25. Saat perih itu tak lagi kuat kau tanggung sendiri saja.
Â
‘Kakak, jangan kabarkan berita ini pada Rendra. Beritahu dia setelah aku tiada. Akan lebih sakit rasanya jika harus pergi sembari menatap wajahnya.’
Â
Dan hari itu, hari ke-30 aku kehilangan separuh jiwa.
.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!