"Udah, Ma. Ini mau mandi," sahutku dari dalam.
"Mama tunggu sarapan di bawah ya. Jangan sampai telat," teriak Mama lagi.
"Iya."
Aku lantas beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mood-ku benar-benar rusak gara-gara si Kutilangdara. Seenaknya saja mengatakanku dekil, kunyuk dan kemarin anak ingusan. Grrrr!!
Lima belas menit kemudian, aku sudah berpakaian rapi. Setelah mencantolkan tas di pundak kanan, kaki ini segera melangkah menuju ruang makan. Ternyata Papa dan Mama sudah menunggu di sana. Senyuman mengambang di parasku sekarang.
"Bagaimana sekolah?" tanya Papa begitu melihatku memasuki ruang makan.
Ah, Papa sekarang menjadi tidak asik karena selalu bertanya tentang sekolah. Padahal kemarin juga menanyakan hal yang sama. Senyuman kembali surut mendengarkannya.
"Kemarin Papa udah tanya, 'kan?" tanggapku malas.
"Papa itu khawatir sama kamu, Bran." Papa berhenti sebentar karena menyeruput kopi. "Kamu itu satu-satunya pewaris The Harun's Group. Bagaimana jadinya kalau kamu sekolah tidak benar? Apa mau Papa kasih perusahaan kepada Gadis?"
Aku lekas menggelengkan kepala. Tak akan kubiarkan hal itu terjadi. Perusahaan tidak boleh diberikan kepada orang lain, termasuk sepupuku sendiri.
"Nah, kalau begitu kamu harus belajar yang benar. Pokoknya Papa akan stop belikan apapun yang kamu minta, hingga nilai kamu bagus lagi," ancam Papa menatap serius dengan mata hitam kecilnya.