Kaki ini melangkah memasuki kelas yang ada di lantai dua.
"Rini," sambut Lova membentangkan tangan dengan gaya lebay-nya.
"Apa-apaan sih pagi-pagi udah lebay," balas gue sambil meletakkan tas di kursi.
"Gimana kemarin? Udah mulai latihannya? Tanggapan si Brandon gimana?" Lova mulai menginterogasi kayak detektif.
"Bisa nggak sih jangan bahas si Kunyuk itu," tanggap gue malas.
"Si Kunyuk? Maksud lo, Brandon?"
Gue mengangguk lesu. "Bikin mood gue rusak pagi-pagi tuh anak."
"Ada apa sih? Cerita dong. Penasaran nih," desak Lova.
Gue mengedarkan pandangan ke sisi ruangan yang masih lengang. Tatapan berhenti ketika melihat lima orang cewek yang tadi menegur Brandon, kini berada di kelas dengan pandangan mengintimidasi. Sesaat saliva seakan berkumpul banyak di mulut ini.
Salah satu di antara mereka berjalan ke depan menghampiri meja tempat gue duduk. Dia menepuk meja keras sambil memajukan kepala tepat di depan wajah ini.
"Ngapain lo sama Brandon tadi? Mau caper atau deketin dia?!!" sergahnya lantang.