Ayo, Ri. Sebentar lagi sampai. Nggak usah lihat si Kunyuk, batin gue terus menyemangati.
Lima langkah menuju pintu masuk, terasa seseorang menarik tas gue ke belakang. Tubuh kurus ini sudah pasti ikutan mundur ke belakang.
"Mau kabur ke mana lo?" tanya suara di belakang gue.
Mata langsung terpejam seiringan dengan wajah meringis, ketika berhasil mendeteksi suara milik siapa itu. Sialan! Ternyata si Kunyuk mau cari gara-gara pagi ini.
Begitu mata terbuka, gue membuang napas keras sehingga poni terangkat ke atas semua. Segera dibalikkan tubuh ke belakang sambil memangku tangan.
"Ngapain lo tarik-tarik tas gue?" protes gue mendelik nyalang.
"Gue cuma mau pastikan lo nggak datang ke klub sore ini," balasnya menatap dingin.
"Pastikan nggak datang?" Gue tertawa singkat.
"Emang kenapa kalau gue datang? Masalah buat lo? Hello, klub itu milik sekolah. Fasilitas SE-KO-LAH, bukan milik lo pribadi. Tolong catat itu!" cecar gue menahan kesal sambil mengeja kata 'sekolah'.
"Lo itu rusak pemandangan di sana. Gue 'kan udah bilang, kalau cuma mau deketin gue, mending lo urungkan niat deh."
Mata ini melebar lagi mendengar perkataannya. Ya Tuhan, kenapa bisa ada orang yang over confidence kayak si Kunyuk ini di muka bumi, khususnya bumi pertiwi tercinta ini?