"Kamu sekolahnya deket sini, bisa jalan kaki," balas Uda David.
Gue menjulurkan lidah kepada Donny, adik satu-satunya. "Tuh, jalan kaki biar sehat."
"Pilih kasih nih," rajuk Donny sambil berdiri kemudian pergi setelah berpamitan kepada Mama dan Papa.
Mama dan Papa hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan si Bontot yang sering merasa di-adik tirikan, karena Uda David lebih sayang sama gue daripada dirinya. Sudah jelas dong, dia 'kan cowok jadi sudah sewajarnya Uda lebih memerhatikan gue.
"Ari pergi dulu ya, Ma, Pa," ucap gue sambil mencium punggung tangan mereka satu per satu.
"Hati-hati di jalan ya. Jangan pulang telat dan---"
"Jaga diri baik-baik," sela gue sebelum Mama menyelesaikan kalimatnya.
Kami berdua tertawa bersama. Kalimat itu selalu diucapkan oleh Mama setiap hari sebelum gue berangkat ke sekolah.
"Tambahannya, jangan bergaul dengan sembarang orang," kata Papa menambahkan.
"Siap, Bos. Don't worry, Ari bisa jaga diri," tanggap gue memberi kecupan di pipi Papa, kemudian beralih di pipi Mama.
"Assalamualaikum," pamit gue bersamaan dengan Uda David.