Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Belajar dari Penerapan Biosentrisme pada Kultur Suku Baduy Dalam

29 Juni 2018   11:10 Diperbarui: 30 Juni 2018   13:23 3918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : baduywisata.blogspot.com

Belakangan konflik agraria menjadi masalah yang saat ini tengah menjadi fokus perhatian pemerintah utamanya terkait eksistensi hutan adat. Dalam sistem agraria, komunitas Suku Baduy telah menerapkan sistem komunal kolektif atas tanah adat, dimana tanah adat dikelola secara bersama-sama. 

Keberadaan tanah adat tersebut dilarang diperjualbelikan, jikapun ada diantara mereka meninggalkan kampung Suku Baduy dalam, maka status tanah garapan akan dipindah-tangankan hak kelolanya pada yang lainnya. Sistem komunal kolektif ini, telah diakui sebagai sistem hak atas tanah yang paling efektif dalam menjamin eksistensi tanah adat. Ini juga menjadi senjata ampuh untuk mencegah alih fungsi lahan dan tetap mempertahankan kelestariannya.

Dalam sistem pertanian, komunitas Suku Baduy telah menerapkan sistem pertanian berbasis konservasi. Pola tanam yang hanya mengenal satu musim tanam untuk komoditas berbasis pangan, penggarapan lahan tanpa merubah kontur tanah, tidak membuat terasering, pengelolaan tanah tanpa dibajak, dan berladang dengan sederhana, pada kenyataannya telah membuahkan hasil panen yang memuaskan.

Dalam konteks ini, orientasi berpikir Suku Baduy justru selangkah lebih maju bagaimana mereka mampu mengelola SDA dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang ada.

Panen yang dilakukan secara kolektif, sistem pergudangan logistik (disimpan dalam leuit) yang efektif, dan pemanfaatan hasil yang terukur, telah menghantarkan Suku Baduy mampu mencapai swasembada pangan. Maka sepanjang sejarah Baduy, kita tak pernah denger ada kejadian kelaparan atau mal-nutrisi disana.

Kita yang merasa sebagai manusia modern dan hidup pada era perkembangan teknologi, justru harus bersusah payah dalam menggenjot produktivitas pangan, namun lucunya kita lupa bahwa alam punya daya dukung yang terbatas.

Singkatnya, Baduy adalah cermin masyarakat yang tetap memegang teguh biosentrisme, dan kita semua atau bahkan negeri ini mestinya belajar dari Suku Baduy bagaimana melakukan pengelolaan SDA dan lingkungan yang berkelanjutan itu. 

Biarkan Baduy tetap menjadi diri sendiri, dan jangan racuni dengan berbagai kemajuan teknologi yang hanya akan merubah cara pandang mereka terhadap alam dan seisinya. Biarlah mereka jadi cermin bagi kita, si manusia serakah.

Saya bukan penganut radikalis ekologis, tapi saya ingin mengajak bagaimana bisa memberlakukan alam dan memanfaatkannya SDA di dalamnya dalam batasan hak-hak azasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun