Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Belajar dari Penerapan Biosentrisme pada Kultur Suku Baduy Dalam

29 Juni 2018   11:10 Diperbarui: 30 Juni 2018   13:23 3918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : baduywisata.blogspot.com

Komunitas Baduy telah menempatkan kearifan lokal (Local wisdom) sebagai etika dan moral dalam keseharian interaksi mereka dengan alam. Maka, itulah hakekat biosentrisme yang sebenarnya.

Dalam pengelolaan SDA dan lingkungan, Suku Baduy memiliki falsafah hidup yang hingga saat ini masih dipegang teguh secara kuat.

"gunung ulah di lebur, lebak ulah dirusak" 

(gunung tidak boleh dihancurkan, sungai tak boleh dirusak/dicemari)

"Lojor heunteu beunang dipotong, pe`nde`k heunteu beunang disambung" 

(panjang tak boleh dipotong, pendek tang boleh disambung)

Kalimat di atas adalah larangan yang pantang dilakukan oleh komunitas Suku Baduy dan menjadi norma yang mengatur etika hubungan mereka dengan alam. Oleh karenanya, pemanfaatan SDA dan lingkungan yang dilakukan Suku Baduy selalu dilakukan secara proporsional dengan berpijak pada penghargaan terhadap hak-hak azasi alam.

Perlu diingat, manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, bukan sebagai penguasa. Khalifah menempatkan manusia sebagai pemimpin yang mengedepankan etika dan moral dalam memperlakukan alam dan isinya. 

Sumber daya alam diciptakan Tuhan untuk bisa dinikmati sebagai karunianya secara proporsional. Perlu dicatat, bahwa Tuhan menciptakan alam secara sangat proposional dan terukur, agar manusia ambil pembelajaran bagaimana memposisikan diri sebagai khalifah yang adil.

Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya alam dibatasi oleh hak azasi alam dalam melangsungkan siklusnya. Layaknya manusia, alampun memiliki keterbatasan dalam mensupport prikehidupan makhluk. Itulah kenapa dalam agama jelas bagaimana Tuhan mewajibkan manusia agar menjaga keselarasan hubungannya dengan Tuhan sang pencipta, antar sesama manusia dan alam.

Ada yang menarik dari sistem pengelolaan SDA dan lingkungan, yang patut kita contoh, bahkan bisa jadi model dalam pelaksanaan konsepsi pembangunan berkelanjutan yakni interprestasi falsafah Suku Baduy di atas dalam pelaksanaan sistem agraria, dan pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun