Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pertumbuhan Makro Ekonomi versus Pemerataan

17 Mei 2018   14:13 Diperbarui: 17 Mei 2018   14:26 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (shutterstock)

Pemerataan akan mendongkrak pertumbuhan, manakala peran pemberdayaan masyarakat bisa didorong, sehingga dengan sendirinya usaha-usaha sektor rill yang berbasis SDA akan berkembang, daya beli masyarakat meningkat, dan akses terhadap kebutuhan dasar semakin mudah.

Sekali lagi saya sepakat dengan Prof. Rokhmin yang nota bene seorang politisi PDIP, bahwa memang saat ini ada "gap" antara kinerja ekonomi makro dengan capaian kontribusi sektor rill. Padahal sektor rill khususnya yang berbasis SDA memliki nilai strategis tersendiri karena paling bersentuhan dengan aspek permberdayaan masyarakat. 

Apalagi menurut data BPS distribusi penduduk miskin paling banyak di wilayah perdesaan, tentunya ini menjadi tantangan untuk menghadirkan sektor ini di kawasan-kawasan perdesaan. Kita bisa lihat, faktanya sektor rill berbasis SDA (Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan) belum termanfaatkan secara optimal, padahal potensi nilai ekonominya luar biasa besar.

BPS mencatat, tahun 2017 kontribusi pada rumpun sektor ini hanya sebesar 13,14 persen terhadap total PDB Indonesia, dengan laju pertumbuhan hanya sekitar 3,81 persen.

Konsep growth pole (pusat pertumbuhan) harus diterjemahkan dengan menciptakan pusat pertumbuhan baru berbasis SDA unggulan lokal, dan family-based, dimana pusat pertumbuhan harus ter-desentralisasi pada kawasan-kawasan luar Jawa yang nota bene sebagai basis sumberdaya, sehingga nilai tambah ekonomi bisa dirasakan untuk menggerakan ekonomi lokal dan daerah. 

Ingat penguatan geopolitik Indonesia sangat bergantung terhadap seberapa kuat perekonomian di kawasan-kawasan terluar yang masih termarginalkan. Penguatan kedaulatan, atas dasar pemerataan ekonomi berbasis prosperity approach harus segera didorong dan menjadi agenda ekonomi multak pada setiap pergantian rezim pemerintahan.

Pada akhirnya, harus diakui memang masih banyak pekerjaan rumah bagi bangsa ini untuk mewujudkan sebuah negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Tentunya bukan hanya menjadi tugas Pemerintah saja, tapi semua elemen bangsa agar bisa bahu membahu untuk mewujudkanya. Segera tanggalkan egosentris, Indonesia ini milik semua kalangan, sehingga kewajiban memperbaiki negeri ini melekat pada segenap jiwa bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun