"Aku tahu ini berat buat dia. Mantan suami yang sudah tidak lagi peduli, anak-anaknya yang beranjak remaja mulai bertingkah, aku sendiri karena pekerjaan harus sering berpisah jauh dari dia. Sepertinya dia menyerah, pasrah.Â
Setelah kemo, dia ga mau lanjutin ke observasi. Keras kepala, padahal itu juga penting bagi kesembuhan nya. Aku pun akhirnya menyerah. Kalau dia tak mau peduli lagi sama kesehatannya, bagaimana bisa dia peduli sama masaÂ
depan anak-anaknya dan ... masa depan kami berdua?"
"Mungkin dia butuh waktu untuk menerima semuanya. Kehadiranmu pastinya sangat berharga buat dia."
"Percuma, baginya aku tak ada artinya. Aku sudah habiskan waktu buat dia ... mengorbankan karirku, melepas pekerjaanku, hanya untuk bisa selalu dekat dengan dia selama pengobatannya. Tapi apa setelah itu? Dia menyerah,Â
perjuangan ku pun sia-sia. Kini aku bisa mengerti kenapa ibu ku said no to her."
"Sabar ya. Semua pasti ada hikmahnya."
"Well, life must go on. I have to face it."
"Thats my friend."
"Masih ada resto yang harus diurus ... anak-anak yang mulai beranjak gede ... dan masih ada kamu yang harus ku kejar."
"Kembali ke laptop."