Mohon tunggu...
Aulia Ilmi
Aulia Ilmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - With GOD all things are possible

Life is journey

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Best Friend Forever

21 Agustus 2022   22:09 Diperbarui: 21 Agustus 2022   22:18 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"I'm done with her."

"Ku kira udah sah, ternyata salah. Maaf ya."

"Its ok."

"Apa semua baik-baik saja?"

"Aku sih baik, tapi ga tau lagi dia."

"Semoga dapat ganti yang lebih baik."

"Semoga itu kamu."

"Hehehe."

"Kamu selalu gitu, ga pernah nganggep aku serius."

"Udahlah, don't you enjoy with our friendship?"

"I do."

"So ... let it be just like this."

"Until when?"

"Sampe salah satu dari kita ketemu jodohnya."

"Kalau kita yang berjodoh?"

"Only heaven knows."

"Sepertinya mantan istriku mau ngajak balikan."

"Really? Thats good."

"Do you think so?"

"Yeah, at least for your kids."

"I'd prefer with a new one."

"Find then."

"Andai semudah itu."

"Lah barusan putus, berarti bisa dong dapet lagi. Aku malah jomblo akut."

"Kamu cari yang seperti apa sih? Aku di depanmu, kamu nya engga mau."

"Nah kan, mulai lagi."

"Kalau aku tuh ya, cuma cari restu ibu ku. You know what? My Mom said yes to you, but no to her."

"Her?"

"Tania ... mantan pacar."

"Oh, Tania ... nice name. So, what happen? Pasti ada alasan dong. Lagian juga gimana bisa bilang yes to me klo ketemu aja ga pernah. Ibu mu ga nge-halu kan?"

"Setiap ibu pasti punya insting, dan ibu ku dibesarkan di keluarga intelejen, jadi pasti instingnya lebih kuat."

"I see."

"Aku cuma tunjukin fotomu, Ibu langsung suka. Sementara Tania yang pernah ketemu berkali-kali, Ibu masih gamang."

"Lha jangan-jangan cuma love at first sight. Coba kalo ketemu aku beneran, belum tentu deh sukanya berlanjut jadi sayang sama aku."

"Tapi itu terjadi ke aku, aku tambah lama tambah sayang sama kamu biarpun berkali-kali ketemu."

"Kamu nya aja yang gila, hehehe."

"Tania janda, punya dua anak."

"Wah, aku pasti kalah deh saingan sama janda. Janda semakin di depan ... sat set sat set."

"Ga usah saingan kalo cuma mau pilih aku. Aku yang bakal milih kamu."

"Ups, salah ngomong."

"Awalnya sih semua baik-baik saja. Status kita yang sama-sama pernah gagal, sama-sama punya anak yang harus dibesarkan, yah ... bisa dibilang serius lah. Sampai akhirnya penyakit itu datang."

"Penyakit? Kamu sakit?"

"Tania ... kena kanker payudara. Setahun kemarin ku habiskan waktu menemani dia berobat, berusaha menyembuhkan penyakitnya. Tapi kanker itu semakin ganas, stadium 4, harus diangkat. Sampai kemo ... ."

"Ya Tuhan ... pasti itu ujian yang berat buat kalian. I'm so sorry to hear that."

"Aku tahu ini berat buat dia. Mantan suami yang sudah tidak lagi peduli, anak-anaknya yang beranjak remaja mulai bertingkah, aku sendiri karena pekerjaan harus sering berpisah jauh dari dia. Sepertinya dia menyerah, pasrah. 

Setelah kemo, dia ga mau lanjutin ke observasi. Keras kepala, padahal itu juga penting bagi kesembuhan nya. Aku pun akhirnya menyerah. Kalau dia tak mau peduli lagi sama kesehatannya, bagaimana bisa dia peduli sama masa 

depan anak-anaknya dan ... masa depan kami berdua?"

"Mungkin dia butuh waktu untuk menerima semuanya. Kehadiranmu pastinya sangat berharga buat dia."

"Percuma, baginya aku tak ada artinya. Aku sudah habiskan waktu buat dia ... mengorbankan karirku, melepas pekerjaanku, hanya untuk bisa selalu dekat dengan dia selama pengobatannya. Tapi apa setelah itu? Dia menyerah, 

perjuangan ku pun sia-sia. Kini aku bisa mengerti kenapa ibu ku said no to her."

"Sabar ya. Semua pasti ada hikmahnya."

"Well, life must go on. I have to face it."

"Thats my friend."

"Masih ada resto yang harus diurus ... anak-anak yang mulai beranjak gede ... dan masih ada kamu yang harus ku kejar."

"Kembali ke laptop."

"Tuh kan ... kalau ga mau bahas soal masa depan kita, ngopi aja yuk."

"Hayuk. Itu yang kutunggu."

"Siapa tau kalo mabuk kopi, kamu nya jadi mau ku lamar."

"Mana ada minum kopi bisa bikin mabuk?"

"Bisa dong, kalo berlebihan."

"Bikin sakit perut iya."

"Kamu ga pernah tau rasanya mabuk kan?"

"Mabuk cinta mah pernah."

"Habis ngopi dijamin mabuk cinta."

"Mmm, iya kah?"

"Sama kopinya ... hehehe."

"Too much of something ... is bad enough, you know."

"Not if you ... ."

"Ow ... so sweet of you."

"I love you ... you know i always do."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun