*
Simin dan Mariam membuatku bahagia. Nelangsaku hilang seiring air yang membasahiku dari jerigen tua Pak Simin. Asaku segar kembali dengan air susu Mariam yang kecut. Aku akan berbakti untuk kalian, ayah dan ibuku.
*
Doaku tak bertepuk sebelah tangan. Kuperhatikan tubuh kersen mulai berbunga putih mungil. Bunga-bunga menjelma bulir-bulir hijau. Bulir-bulir mulai memerah. Berubah dengan cepatnya tanpa alur yang lazim. Uhm mungkin ...berkat untukku ini selalu dilalui dengan kelainan. Tak seperti biasanya. Baiklah bulir dari kelainan ini, kupersembakan untuk Mariamku. Mariam harus merasakan awal baru dari kehidupan kami.
Sungguh, Mariam Simin menemukan hidup baru setelah memakan bulir kersen yang pertama. Mariam jadi punai yang terkulai di tanah berbatu selepas memakan bulir kersen pertama.
====
Malang, ketika doa tak lagi sebuah doa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H