Kondisi tersebut dalam istilah sosial disebut dengan alienasi atau keterasingan. Keterasingan yang dialami peserta didik berasal dari proses pendidikan yang seharusnya berjalan sangat menyenangkan. Namun mereka mengalami dilema untuk menyikapi proses pendidikan yang tidak menyenangkan akibat dari kebijakan darurat masa pandemi.
Kondisi diatas membuat peserta didik kehilangan kesenangan dalam belajar sehingga berdampak pada hilangnya semangat untuk mengikuti pelajaran dikelas. Merdeka belajar telah diterapkan sebagai salah satu upaya bangkit dari dampak pandemi. Guru dan peserta didik sama-sama belajar dan menjalani kurikulum baru.Â
Sistem pembelajaran telah berlaku fullday sebagai bentuk pelayanan Pendidikan terhadap peserta didik. Berdasarkan pengalaman, suatu ketika masuk kelas melihat peserta didik yang lesu karena mungkin jam. Melihat kondisi ini maka proses KBM dalam artian memberikan materi sesuai beban KD diberhentikan. Pada akhirnya waktu ini dipergunakan untuk saling menuliskan keluh kesah mereka dalam proses pendidikan disekolah.
Langkah untuk mendengar dan mengetahui keluh kesah tersebut semata merupakan proses belajar. Belajar bukan hanya memenuhi target KD dalam silabus, namun tentang menciptakan pengalaman dan memori yang menyenangkan saat belajar. Pada awal ajaran baru sekolah melakukan IHT sebagai bentuk peningkatan kompetensi guru.Â
Dalam kesempatan itu, seorang pemateri IHT menanyakan kepada peserta "apa yang anda ingat dari proses KBM semasa sekolah?" semua sepakat menjawab, gurunya, metodenya, cara mengajarnya dan semua berkaiatan dengan pengalaman belajar. Ternyata setelah direnungkan, memang benar bahwa materi pelajaran, nilai UH dan semua proses formal tidak diingat. Memori yang terekam adalah tentang proses belajar dan motivasi yang disampaikan.
Berdasarkan kesadaran tersebut maka sebagai guru sosiologi, penulis berupaya untuk mencipatkan suasana belajar yang menyenangkan. Guru memiliki pemahaman bahwa pada dasarnya anak usia SMA merupakan pribadi yang telah dewasa dalam belajar. Sehingga guru memberikan kepercayaan kepada mereka dalam belajar mandiri.Â
Coaching Clinic Of Sociologi: Strategi tepat menjadi Dekat ini memposisikan guru sebagai teman diskusi. Guru memberikan materi yang harus dipelajari. Peserta didik mencari materi dari berbagai sumber. Tidak boleh ada pertanyaan sebelum ada sumber literasi yang mereka pelajari. Baru setelah membaca dari berbagai sumber dan mereka belum paham maka guru akan membimbing mereka untuk memahami literasi yang telah dilakukan. Dengan metode ini peserta didik merasa dipercaya bahwa mereka memiliki kemampuan serta termotivasi untuk belajar secara mandiri.
Jadi apakah selama ini guru telah memberikan memori yang bermakna bagi peserta didik? Perlahan tapi pasti, kebangkitan paska pandemi akan segera dijalani. Bebaskan peserta didik dari keterasingan dan persiapkan mereka untuk merdeka belajar dengan menyenangkan agar kelak tumbuh menjadi sosok yang berpendidikan sesuai peradapan jaman. Sebuah diksi membangun imajinasi. Sudah selayaknya guru mampu mengilhami dan menjadi motivasi untuk semakin berprestasi atau paling tidak happy menjalani hari.
Referensi
Surya Putra.Yanuar. 2017. Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi (Online)