Kedua, dinamika baru dalam konflik Laut Cina Selatan. Kekosongan kepemimpinan Amerika di kawasan bisa mendorong asertivitas lebih besar dari Tiongkok, menguji soliditas ASEAN.
Ketiga, perubahan dalam arsitektur perdagangan regional. Kemungkinan Amerika menarik diri dari inisiatif Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) di bawah Trump akan memaksa reorientasi strategi ekonomi kawasan.Â
Keempat, tantangan dalam isu perubahan iklim. Sikap skeptis Trump terhadap perubahan iklim bisa mengganggu komitmen global dalam transisi energi, sebuah agenda krusial bagi Indonesia yang mengetuai ASEAN tahun ini.
Bipolaritas politik Amerika bukanlah sekadar tontonan demokrasi dari belahan dunia lain. Ini adalah momen yang akan mendefinisikan ulang tatanan global untuk dekade mendatang.
 Bagi Indonesia, kemampuan membaca dinamika ini dan mengambil posisi strategis akan menentukan posisinya dalam konstelasi global yang baru. Yang pasti, terlepas dari siapa yang menang dalam pemilu Amerika 2024, dunia - dan Indonesia - harus siap menghadapi fase baru dalam politik global yang lebih kompleks dan tidak pasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H