Konsentris
 Artinya pengembangan pendidikan yang dilakukan di sekolah dan kelas harus berdasarkan konteks kita sendiri yang oleh Ki Hadjar Dewantara menyebutnya kepribadian kita sendiri. Kita harus melihat tujuan utama pendidikan dalam melakukan pengembangan di sekolah dan di kelas. Pendidikan bertujuan menuntun pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara maksimal sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya untuk mencapai kebahagiaan secara lahir dan batin. Karena itu, hasil pembelajaran kita tentang kemajuan budaya dan bangsa lain tetap ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sendiri sebagai pusatnya. Bila kita mengambil teori dan dasar budaya lain sekalipun dari bangsa yang maju, namun tidak disesuaikan dengan budaya kita sendiri dan dievaluasi, tetap tidak akan menghasilkan kemajuan.
Refleksi Pribadi
Refleksi ini saya buat berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penuntun berikut ini
Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul?
Sebelum mempelajari Materi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan, saya kadang percaya pada suatu pandangan seperti yang disampaikan oleh Filsuf Inggris, John Locke bahwa bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulisi (a sheet ot white paper avoid of all characters). Jadi, sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Pendidiklah yang membentuk kekuatan dalam diri peserta didik. Pendidik adalah pihak yang yang sangat kuat bagi pembentukan karakter peserta didik. Sehingga Pendidikan dan lingkungan berkuasa atas pembentukan anak.
Cara berpikir ini sangat berpengaruh terhadap cara pandang tentang peserta didik di dalam kelas. Peserta didik yang dikategorikan baik adalah peserta didik yang mendapat juara kelas, sedangkan yang lain belum baik. Proses penilain terhadap kemampuan peserta didik agak pincang karena yang dinilai hanya aspek kognitifnya saja dan kadang mengabaikan aspek yang lain.
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari materi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan, saya sungguh disadarkan bahwa saya bukanlah satu-satunya kekuatan yang dapat membuat seorang peserta didik itu sukses. Ternyata, peserta didik sendirinya yang menjadi kekuatan utama dalam proses pendidikan untuk mencapai kebahagiaannya baik secara lahir pun batin. Saya hanya salah satu pihak yang mana saya hadir sebagai penuntun yang mengarahkan peserta didik agar tidak kehilangan arah dalam mencapai tujuannya yakni kebahagiaan hidupnya dan keselamatannya. Setelah mempelajari materi ini, saya sungguh menyadari bahwa saya sudah agak salah dalam memahami peran saya dan peran peserta didik dalam proses pendidikan di sekolah.
Lembaga Pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Kebudayaan itu hidup karena diwariskan dan cara mewariskannya melalui pembiasaan. Sejauh ini, kami di sekolah sudah membiasakan peserta didik untuk bergaul dengan budayanya, demikian juga di kelas. Sekolah membiasakan peserta didik untuk bergaul dengan budaya dengan cara melibatkan peserta didik dalam upacara penerimaan tamu. Peserta didik sendiri yang menjadi jubir saat menjemput tamu dengan acara 'tuak curu dan manuk kapu'. Di dalam kelas, proses pembelajaran dibiasakan dengan kelompok belajar untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh pendidik. Hal ini untuk membiasakan peserta didik membangun budaya 'lonto leok' yakni duduk bersama untuk musyawarah demi mengumpulkan pendapat, menyatukan pendapat dan solusi atas persoalan hidup bermasyarakat kelak. Pada akhirnya peserta didik bisa memperoleh keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif.
Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?