Salam dan Bahagia
 Selamat bertemu para guru hebat dimana saja berada.
      Saat ini saya sedang mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak. Saya bergabung di Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 7. Di sini saya coba membagikan kesimpulan saya tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) tentang pendidikan. Beberapa hal penting yang saya simpulkan setelah saya mempelajari materi ini:
Dasar Pendidikan adalah Proses Menuntun
KHD melihat pendidikan sebagai proses menuntun peserta didik dengan segala kekuatan kodrat alam dan kodrat zamannya agar peserta didik mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan secara lahiriah dan batiniah. Dalam proses pendidikan itu, pendidik hadir sebagai pamong yang menuntun peserta didik untuk mencapai tujuannya. Pendidik hadir hanya untuk memperbaiki laku peserta didik, bukan mengubah kodratnya. Pendidik ibarat petani, hanya berusaha menyemaikan benih padi, menanamnya, mengairinya, merawat dan memperhatikannya agar bertumbuh menjadi padi yang berkualitas. Petani bukannya berusaha mengubah padi menjadi jagung. Dalam proses menuntun itu, pendidik mengarahkan peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang sesuai kodart alam dan kodrat zamannya. Pendidikhanya memperbaiki laku peserta didik, bukan mengubahnya.Sebagai seorang guru, tugasnya bukan hanya mengajarkan materi di dalam kelas, tapi lebih dari itu, tugas pendidik lebih berat yaitu mendidik para peserta didik. Ki Hajar menjelaskan trilogi pendidikan yang sering kita dengar yaitu;
Kesatu, ing ngarso sung tulodo (yang di depan memberi teladan). Â Pendidikmerupakan panutan bagi peserta didik, apalah artinya jika pendidikhanya bertindak kasar kepada peserta didik, bahkan pendidikharus bertindak kasar untuk memberikan tinju seperti Chris John kepada peserta didik yang berkelahi dengan sesama temannya. Pada kasus lain pendidiklambat masuk kelas, lalu peserta didik pun besok mempraktikkannya. Mungkin masih ingat pepatah " pendidikkencing berdiri, murid kencing berlari" yang memiliki makna apapun yang dilakukan pendidikmenjadi perintah langsung bagi peserta didik. Keteladananlah yang menjadi panglima pendidikan. Pendidik sedianya harus menjadi panutan, teladan bagi peserta didik dalam berbagai aspek penting pendidian di lingkungan sekolah seperti, ketaatan, kedisiplinan, kerapian, keberdihan, kejujuran.
Kedua, ing madyo mangun karso (yang di tengah membangun keinginan). Pendidikadalah motivator bagi peserta didik, mendampingi peserta didik menciptakan ruang impian yang ia inginkan. Selamilah lingkungan kehidupan peserta didik agar terjalin keakraban. Seorang pendidikyang baik adalah dia yang bisa menjadi sahabat bagi muridnya. Pendidiktidak akan bisa jadi motivator jika ada jarak.
Ketiga, tut wuri handayani (yang di belakang memberi dorongan). Pendidikmemberi dorongan bagi peserta didik setelah ia menyadari akan impiannya. Biarkan peserta didik berkembang sesuai bakat dan keinginannya. Pendidikberada di belakang dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan kodrat alam dan kodrat zamannya untuk memperoleh kebahagiaannya masing-masing.
Peserta Didik Memiliki Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Setiap manusia lahir dengan kodrat alamnya masing-masing yakni watak, sifat, fisik dan lingkungan dimana dia hidup, kondisi anak sejak lahir yang dipengaruhi kultur budaya dan lingkungan tempat anak berada. Setiap manusia juga terikat dengan kodrat zamannya masing-masing yaitu segala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di sekitarnya, perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Itu artinya, setiap manusia memiliki dalam dirinya kekuatan, kemampuan yang mungkin masih samar-samar. Pendidik hadir bagi peserta didik hanya untuk menebalkan garis-garis dari kekuatan, kemampuan itu untuk bisa merdeka, hidup tidak bergantung pada orang lain, berdiri di atas kaki sendiri, untuk bisa bahagia secara lahir dan batin. Pendidik hadir untuk mengarahkan peserta didik agar fokus pada tujuannya. Pendidik mengarahkan peserta didik sesuai tujuannya. Segala perubahan dan pengaruh budaya luar pastinya ada. Dalam hal ini, pendidik menuntun peserta didik untuk hat-hati dalam menghadapi perubahan dan perkembangan itu. Tidak semua apa yang masuk itu baik, karena itu perlu disaring agar peserta didik hanya mengambil hal-hal yang dapat menguatkan kekuatan sosial budayanya sendiri untuk dihidupkan dan diwariskan.
Pendidikan Berpusat Pada Peserta didik