Pilihannya pasti bermain game sambal belajar. Itu artinya waktu yang paling banyak adalah untuk bermain game. Hasilnya adalah ia akan melalaikan segala tugas sekolahnya karena konsen bermain game. Sehingga mengakibatkan semangat belajarnya menurun dan nilai akademiknya juga menurun.
- Segi Psikologi
Keadaan paling membahayakan dari seseorang yang kecanduan adalah ketidakmampuannya mengatur emosi. Pecandu kadang mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang nyata dan sesuatu yang fantasi.Â
Sehingga ketika mereka kalah dalam game online mereka merasa seolah-olah dunia mereka sudah ancur dan dampaknya mereka menjadi pribadi yang sering merasa sedih, malu, kesepian, takut untuk keluar kamar. Hal ini mempengaruhi hubungannya dengan teman-teman lain atau dengan anggota keluarganya. Mereka pada umumnya menjadi pribadi yang introver.
- Segi Kesehatan
Para pecandu game online tidak pernah menghargai waktu. Kadang waktu untuk tidur juga digunakan untuk bermain game. Waktu tidur bagi anak-anak yang biasanya Pkl. 21.00 kadang molor sampai larut malam bahkan sampai subuh.Â
Hal ini tentu berpengaruh pada kondisi tubuh seorang anak misalnya lemah karena kurang tidur atau kekurangan darah. Selain itu, game online memberikan ketegangan yang sangat tinggi pada mata dan otak yang memainkannya. Apabila seorang anak setiap hari memainkan gamenya selama berjam-jam sudah pasti matanya akan rusak karena disiksa oleh game online tersebut.Â
Baroness Greenfield, profesor farmakologi di Universitas Oxford menemukan tanda-tanda terhentinya pertumbuhan zat abu-abu di otak pengguna internet berlebih yang semakin lama dapat memburuk dari waktu ke waktu. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasi dan memori, serta kemampuan mereka untuk membuat keputusan dan tujuan yang akan mereka tetapkan.
Orang Tua Menjadi Tokoh Sentral Menghindari Anak-anak dari Bahaya Game Online
Rumah yang rama adalah 'sekolah bagi anak-anak'. Orangtua yang banyak memberi teladan adalah 'guru bagi anak-anak'. Artinya orangtua di rumah memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk individu yang berkarakter dan sifat yang ideal agar anak-anak dapat hidup dengan baik di tengah masyarakat. Berbicara soal pendidikan bukan murni tentang mentransferkan ilmu dari guru kepada anak-anak, tetapi bagaimana kepribadian dan karakter anak-anak itu dibentuk.
Seorang seniman, penyair dan penulis dari Lebanon Amerika, Kahlil Gibran pernah berujar "Kudidik diriku maka kudidik anak-anakku." Ungkapan ini memberi pesan yang mendalam bagi para orangtua agar mendidik anak-anak setelah mereka mendidik dirinya sendiri.Â
Orangtua pastinya tidak memimpikan suatu kondisi kehidupan yang tidak baik untuk anaknya kelak, tetapi selalu mengimpikan kehidupan yang baik bahkan lebih baik dari dirinya. Maka orang tua mesti mendidik dirinya agar kelak dapat mendidik anak-anaknya.
Orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, berikanlah teladan yang terbaik kepada mereka agar menjadi generasi yang terdidik, generasi yang terampil dan bisa diandalkan, generasi yang mampu memahami hakikat pendidikan yang sebenarnya.Â