Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Puteri Berbudi Luhur (3)

5 April 2015   21:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:30 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Diceritakan kembali oleh Aini Lutfiyah)

Ayu Lembut Hati datang membawakan makanan dan satu gelas air minum untuk Upik. Ia juga membawakan nasi yang telah diberi ikan asin untuk Si Manis. Upik yang baru saja menjalankan sholat mengucapkan terima kasih yang tidak terkira.

"Nanti setelah maghrib, ayah bisa ditemui." Pesannya.

Namun waktu yang sedikit di rumah sebenarnya untuk digunakan beristirahat bagi Datuk Bendahara. Upik tidak mau terlalu banyak mengganggu waktu beristirahat Datuk Bendahara. Upik menunjukkan cincin yang diberi oleh nenek pembawa kayu bakar dan Datuk Bendahara percaya pada Upik Laila Hanum. Ia mengizinkan Upik berada beberapa hari di rumahnya. Datuk Bendahara mengatakan bahwa Ratu dan Pangeran bisa ditemui setelah pukul 9 pagi.

*****

Pada pagi hari setelah mandi, Upik sibuk mencari baju kurung dan rok panjang kain sutera yang akan ia pakai untuk menemui Ratu dan Pangeran. Si Manis masih tergolek tidur.

"Apakah ada yang mengambilnya?" Tanyanya dalam hati. Mata Upik lalu tertuju pada nasi bungkus dan segelas teh di dekat alas tempat tidur. Upik tidak merasa lapar. Akhirnya Upik berangkat ke istana bersama dengan Si Manis dengan perut kosong. Upik memakai pakaian ganti biasa, tidak seperti rencana semula bahwa ia akan memakai pakaian dari kain sutera sekaligus untuk dijadikan bukti bahwa memang ia pemilik selendang yang Pangeran temukan.

Pukul 9 pagi Ratu memasuki ruangan disusul dibelakangnya Pangeran Kerajaan Jambi. Selendang sutera milik Upik ia pakai sebagai destar di kepalanya. Elok nian. Namun ingin rasanya tangan Upik untuk mengambil selendang nan bertengger dengan gagah itu. Ratu yang memulai pembicaraan dan Upik menceritakan asal muasal selendang tersebut sampai terjadi angin kencang di atas bukit. Namun tiba-tiba masuklah Ayu Lesung Pipit kedalam ruangan.

"Siapa kau? Mengapa lancang masuk kedalam ruangan ini tanpa seizinku?" Ratu menatap tajam ke arah Ayu Lesung Pipit.

"Hamba Ayu Lesung Pipit, Puteri Datuk Bendahara. Hamba yakin Paduka Ratu sebenarnya mengetahui siapa saya. Saya terburu-buru masuk ke ruangan ini agar Ratu dan Pangeran tidak tertipu oleh gadis ini. Ia menumpang di rumah hamba dan mengaku sebagai pemilik selendang itu. Padahal sebenarnya saya adalah pemilik selendang tersebut. Mohon maaf meski pengumuman dari Pangeran sudah lama namun baru saat ini saya bisa datang ke istana ini. Telinga saya sakit sehingga tidak mendengar tentang pengumuman itu. Mohon maaf, Paduka Ratu. Mohon maaf, Pangeran."

Ratu tampak berbisik pelan dengan Pangeran. Upik menundukkan kepalanya. Bagai ada jarum yang menusuk di perasaannya. Ia tahu bahwa Ayu Lesung Pipit memiliki tabiat yang kurang baik namun ia tidak menyangka Ayu Lesung Pipit bisa bertindak seperti itu.

"Besok pagi kalian berdua datang kesini lagi. Biar aku berunding dulu dengan Pangeran." Kata Ratu.

"Saya puteri dari Datuk Bendahara. Orang yang Ratu percaya. Tidak mungkin saya berbohong karena itu hanya akan mencoreng nama ayah saya, Paduka Ratu." Kata Ayu Lesung Pipit. Tak lupa ia mengerling pada Pangeran Jambi. Pangeran tampak sedang berpikir keras. Tidak ia gubris kerlingan mata Ayu Lesung Pipit.

*****

Hari dan malam seakan berjalan begitu lambat bagi Upik Laila Hanum. Pagi hari ia terbangun ketika ada suara tempayan tanah terjatuh dan pecah didekat ia tidur. Si Manis tampak berdiri dengan siaga dan mata garang. Pecahan tempayan dan air yang yang ada disitu masih mengeluarkan asap panas. Upik segera merengkuh tubuh Si Manis dan menangis tersedu. Si Manis telah menyelamatkannya. Si Manis menerjang dada Ayu Lesung Pipit yang akan menyiram kaki Upik Laila Hanum menggunakan air panas.Upik bersegera sholat dan mandi lalu berangkat ke istana. Panggilan Ayu Lembut Hati nyaris tidak ia hiraukan sampai kemudian Ayu Lembut Hati mengejarnya.

"Makanlah dulu, Upik. Jangan sampai kau jatuh pingsan di depan Ratu hanya karena perut kosong. Itu hanya akan menunjukkan bahwa kamu tidak siap mempertahankan pendapatmu bahwa kaulah pemilik selendang itu. Makanlah bersamaku. " Tangan Ayu Lembut Hati membimbing tangan Upik Laila Hanum menuju meja makan keluarganya. Tidak lupa ia juga membuatkan Si Manis makanan dari nasi yang dicampur dengan ikan asin.

"Terima kasih, Ayu Lembut Hati." Kata Upik perlahan.

"Perjuangkan apa yang menurutmu benar, Upik. Ambillah kembali selendang milikmu. Kau harus semangat!" Upik tersenyum pada Ayu Lembut Hati. "Ayu Lembut Hati, apakah kamu tahu apa yang telah dikatakan oleh Ayu Lesung Pipit di hadapan Paduka Ratu dan Pangeran?" Hati Upik berbisik.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun