"Besok pagi kalian berdua datang kesini lagi. Biar aku berunding dulu dengan Pangeran." Kata Ratu.
"Saya puteri dari Datuk Bendahara. Orang yang Ratu percaya. Tidak mungkin saya berbohong karena itu hanya akan mencoreng nama ayah saya, Paduka Ratu." Kata Ayu Lesung Pipit. Tak lupa ia mengerling pada Pangeran Jambi. Pangeran tampak sedang berpikir keras. Tidak ia gubris kerlingan mata Ayu Lesung Pipit.
*****
Hari dan malam seakan berjalan begitu lambat bagi Upik Laila Hanum. Pagi hari ia terbangun ketika ada suara tempayan tanah terjatuh dan pecah didekat ia tidur. Si Manis tampak berdiri dengan siaga dan mata garang. Pecahan tempayan dan air yang yang ada disitu masih mengeluarkan asap panas. Upik segera merengkuh tubuh Si Manis dan menangis tersedu. Si Manis telah menyelamatkannya. Si Manis menerjang dada Ayu Lesung Pipit yang akan menyiram kaki Upik Laila Hanum menggunakan air panas.Upik bersegera sholat dan mandi lalu berangkat ke istana. Panggilan Ayu Lembut Hati nyaris tidak ia hiraukan sampai kemudian Ayu Lembut Hati mengejarnya.
"Makanlah dulu, Upik. Jangan sampai kau jatuh pingsan di depan Ratu hanya karena perut kosong. Itu hanya akan menunjukkan bahwa kamu tidak siap mempertahankan pendapatmu bahwa kaulah pemilik selendang itu. Makanlah bersamaku. " Tangan Ayu Lembut Hati membimbing tangan Upik Laila Hanum menuju meja makan keluarganya. Tidak lupa ia juga membuatkan Si Manis makanan dari nasi yang dicampur dengan ikan asin.
"Terima kasih, Ayu Lembut Hati." Kata Upik perlahan.
"Perjuangkan apa yang menurutmu benar, Upik. Ambillah kembali selendang milikmu. Kau harus semangat!" Upik tersenyum pada Ayu Lembut Hati. "Ayu Lembut Hati, apakah kamu tahu apa yang telah dikatakan oleh Ayu Lesung Pipit di hadapan Paduka Ratu dan Pangeran?" Hati Upik berbisik.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H