"Ada apa, Marie ?" Ibu muncul dari balik pintu kamar.
"Jacob ingin berbicara kepada ayah."
Mendengar suara ribut di depan kamar ayah, adik-adikku keluar dari kamar mereka namun aku larang mengikuti ayah dan ibu ke ruang tamu meski aku yakin di dalam kamarpun mereka tidak akan bisa kembali tidur. Aku tahu sifat mereka tidak jauh berbeda denganku.
Ayah aku lihat menata kembali emosi beliau ketika berada di ruang tamu. Basa basi Jacob beliau tanggapi dengan sikap dan jawaban yang wajar.Namun ketika Jacob menahan beliau yang sudah akan beranjak dari kursinya, sikap beliau agak berubah.
"Masih ada yang ingin saya katakan..." Kata Jacob.
"Ya ?" Ayah kembali duduk.
"Saya mencintai Marie." Aku menatap Jacob sambi menahan nafasku. Mengapa ia tidak terlebih dulu mengatakan hal itu kepadaku. Mengapa justru kepada ayah.
" Lalu ?" Ayah mengernyitkan dahinya.
"Saya ingin ayah merestui kami."
"Merestui kalian ? Apakah Marie juga mencintaimu ?"
"Marie...?" Ibu mulai bersuara.