Mohon tunggu...
Dom Asteria
Dom Asteria Mohon Tunggu... Jurnalis - Energy Journalist

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Belajar 3 Bahasa dari Wanita Azerbaijan

13 Juli 2021   23:24 Diperbarui: 22 Maret 2022   19:55 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sofia sangat suka dengan bunga kamboja. (Dok. Pribadi/Dom Asteria)

28 Februari lalu tiba-tiba sekuntum kalimat masuk ke jendela whatsappku. "Halo, saya Sofia ingin bertanya tentang webinar" tanyanya dengan emot memohon. "Silahkan Kak", balasku singkat.

Sofia menanyakan tentang cara membayar webinar yang kami selenggarakan. 

Sebelumnya aku berkarya di sebuah penerbit dan kebetulan kami menyelenggarakan webinar bertema pendidikan. Aku pun melayani "customer" seperti biasanya, tidak ada perhatian lebih hanya sebatas menunjukkan service excellent sebagaimana berkali-kali disampaikan pimpinan kami.

Dia kesulitan untuk transfer biaya untuk mengikuti pelatihan kami. 

Akhirnya aku mengizinkannya untuk ikut saja tanpa bayar karena memang sulit. "Tapi kok sulit", pikirku tiba-tiba.

Malam semakin larut, kami berdiskusi kecil tentang pembayaran via rekening. Setelah lihat nomornya, ternyata bukan kode +62 sebagaimana nomor yang aku miliki. 

Kodenya beda, sedikit browsing pertama-tama aku kira berasal dari Spanyol. Setelah menanyakan kepadanya, dia jawab "saya dari Azerbaijan".

"Baiklah, Kaka saya izinkan ikut. Mungkin rekening perusahaan kami tidak biasa terima dana dari luar negeri, ikut saja besok, saya akan sampaikan ke pimpinan kami. Link zoom akan dikirim melalui email peserta yang telah mendaftar", jawabku kemudian dengan rinci.

Diskusi itu berhenti dan mengucapkan selamat malam. 

Bahasa Indonesia Sofia tidak seperti susunan kalimat yang umum aku ketahui, tetapi bisa dimengerti, mungkin dia minta jasa translator atau apa aku tidak tahu.

Esoknya ketika webinar berlangsung dia mengaktifkan video dan aku lihat persis rupanya beda dari peserta yang lain, wow! Mungkin ke-kepo-an ini pernah dialami panitia webinar lainnya, hayo ngaku?

Wajah itu merepresentasikan wajah seorang ratu Persia, seperti campuran Eropa dengan Asia Timur. 

Sangat menantang untuk dikenal lebih dalam. Seketika jiwa kemaskulinanku ingin berperan sebagai striker seperti pada permainan bola biasanya yang garang ingin mencetak gol entah dengan skill apapun.

Aku pun mengingat-ingat kembali berbagai skill yang pernah aku kenakan untuk mendekati wanita saat dalam masa pendidikan. 

Aku coba catat beberapa sembari menuntun jalannya webinar.

Sambil menyelam minum air, komitmen yang seketika hadir.

Entah roh apa yang muncul aku memperkenalkan Sofia kepada narasumber dan juga peserta yang lain bahwa ada dari luar negeri di webinar yang kami selenggarakan. 

Biasanya kami hanya menyelenggarakan untuk para guru di dalam negeri, tidak terbuka untuk yang lain.

"Hai Sofia, mungkin ada yang ingin kamu tanyakan kepada narasumber, silahkan", tanyaku kepadanya. 

"Maaf, tidak ada", jawabnya singkat.

Usai webinar aku pun menanyakan kepadanya apakah webinar itu bisa dia ikuti. Dia jawab bisa dan sangat membantu.

Malam pun tiba, berbagai zat sudah aku siapin dari kantor untuk dijadikan senyawa.

"Hai Sofia, apa kabar?" "Kabar baik, kamu?" jawabnya langsung selang beberapa detik. 

Tidak seperti biasa dialami oleh kebanyakan pria di Indonesia yang menunggu balasan chat seperti menunggu balasan dari selegram atau pejabat pemerintahan, canda chat.

Awalnya kami asyik berdiskusi tentang data pribadi dan merambah ke agama. Semua berjalan baik dan lancar, hangat dan besok akan digas lagi dalam benakku.

Waktu itu aku seperti Lionel Messi yang ingin selalu mencetak gol, karena kipernya juga tidak mampu membendung tendangan kerasku.

Diskusi merambah ke jenis-jenis musim, makanan, jenis-jenis bunga, budaya, politik, pengalaman hidup, sedikit tentang keluarga, masa depan dan juga karakter lawan jenis yang "diingini".

Setidaknya aku merincikannya ke dalam tiga bahasa yakni:

1. Belajar Bahasa Indonesia, Inggris dan Turki 

Komunikasi kami berlangsung dengan tiga bahasa. 

Sofia kebetulan kagum dengan Asia Tenggara khususnya Indonesia dengan kekayaan budayanya. Dia mengirim pesan atau voice note dengan bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris. 

Aku dengan bahasa Inggris dan sesekali bahasa Azerbaijan. 

Satu ketika dia memintaku lebih baik belajar bahasa Turki karena dipakai di beberapa negara dibandingkan bahasa Azerbaijan, meski ada mirip-miripnya. 

Aku pun belajar lagi tiap malam. Kemudian disampaikan ke dia, diperbaiki, begitu seterusnya. 

Dia pun menggunakan bahasa Indonesia, sesekali aku perbaiki. Begitulah berlangsung secara terus-menerus. Akhirnya tanpa kusadari aku belajar lagi menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik. Belajar bahasa Inggris lagi, sesekali bahasa Turki. 

Ternyata punya teman luar itu asyik pikirku. Kita mengenal budaya berbeda secara langsung dan sekaligus bisa memperdalam kemampuan bahasa masing-masing.

2. Belajar Bahasa Hobi

Aku menggunakan frase belajar bahasa hobi karena kebetulan kami berdua hobi dengan dunia budaya dan musik. 

Dia lebih kental dengan dunia musik karena mampu bermain piano dengan  baik. 

Denting piano dari jemarinya mengangkatku ke kayangan karena tidak pernah punya teman yang bisa bermain piano seperti Sofia. 

Karena kebetulan aku tahu sedikit dunia per-piano-an, jadinya komunikasi kami bisa sedikit lebih dalam dan intim, baik itu tentang notasi balok, jenis musik, para komposer dan juga cara bermain piano. 

Kami berdua sama-sama bisa main gitar meski tidak sebaik para youtuber. 

Setidaknya kami sesekali saling mengirim rekaman dan saling menilai. 

Lagu-lagunya sudah pasti yang romantis, tidak perlu ditanya.

Sofia suka dengan lagu-lagu Indonesia. 

Dia lebih tahu artis-artis Indonesia dibandingkan aku, maklum aku lebih suka dunia bola dan energi. Komunikasi pun lancar.

Saat Sofia bermain piano. (Dok. Pribadi/ Dom Asteria)
Saat Sofia bermain piano. (Dok. Pribadi/ Dom Asteria)

3. Belajar Bahasa Budaya

Aku menggunakan belajar bahasa budaya karena kami sering bertukar informasi tentang budaya Indonesia dan juga budaya di sana. Sofia suka membaca dan jauh lebih tahu tentang menarik dan kayanya budaya Indonesia. 

Kami masih bisa bertukar informasi dan memberi masukan, melengkapi informasi tersebut dan belajar satu sama lain. 

Selain itu juga terkait dengan jenis-jenis makanan, dan bunga-bunga. Mau tidak mau search dan search terus, biar komunikasi lancar aja, haha. Memanglah jiwa maskulin ini.

Dia lebih suka makanan yang manis karena memang di sana itu biasa. 

Nama-nama kue tersebut banyak dan bisa dijumpai di Indonesia. 

Komunikasi kami bisa lancar karena satu sama lain ada effort untuk mencari tahu baik dari buku, apa yang dipelajari dan search dari internet. 

Sedikit melelahkan tetapi komunikasi bisa lancar dan juga menambah wawasan baru.

Lalu apakah pembaca penasaran dengan bahasa cinta? Haha. Tentu saja, tetapi kamu harus tahu bahwa si striker tadi juga tahu batas ekspektasi dan realita. 

Tentu ada niat lebih jauh, tetapi kembali kepada apa yang real, tidak muluk-muluk. 

Lagian, siapalah hamba yang tidak lebih dari sifat seekor lalat yang hinggap saat ada manis-manisnya saja, haha. Mungkin lebih cocoklah dengan wanita lokal karena wanita lokal itu lebih dari istimewa, woaha!!!

Doakanlah semoga bisa, haha. 

Tapi tampaknya tidak bisa, mungkin lain waktu aku akan cerita karena komunikasi kami sudah berhenti beberapa lama. 

Dan aku juga seperti sudah segan menyapa kembali, sekaligus juga aku disibukkan dengan target pekerjaan. 

Makan dulu diutamakan baru cinta, kalimat yang sering mendengung di telingaku.

Dom Asteria

Berteman sebatang permen karet, 13 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun