Aku sisada denga turang asa gundari, Labo ban la lit bage si rate jadi, Lenga lit aku jumpa turang asa gundari, Bagi kena beluhna nami-nami.
Ini aku kutip dari syair lagu Plato Ginting yang judulnya "Aku Sisada Denga". Kurang lebih artinya demikian, "Aku masih sendiri sampai sekarang, bukan karena ga ada yang mau, tapi aku belum bertemu dengan orang sepertimu."
Cerita ini agak rahasia sebenarnya, tetapi tidak masalah juga sih diceritakan, satu cara untuk mendewasakan diri.
Aku ceritakan dari satu kisah yang menghiasi perjalanan hidupku. Dengan seorang wanita yang bisa mengertiku jauh dari apa yang bisa aku bayangkan.Â
Sayangnya kami tidak bertahan selamanya, dia telah menikah, punya putri yang cantik, sedangkan aku masih minum luwak white koffie sendiri di Ibukota.
Semasa kuliah aku memutuskan untuk mencoba peruntungan mendekati seorang wanita.Â
Dia bukan kenalan baru, melainkan teman yang usianya setahun lebih muda dariku. Rumah orangtuanya bertetangga dengan desa tempatku lahir.
Semasa kecil, kami sesekali bertemu dalam kegiatan iman, baik itu latihan atau pertandingan.Â
Sependek ingatanku, komunikasi kami sangat terbatas saat itu.
Suatu ketika, saat masanya masih mengenakan pakaian putih abu-abu aku kepo (Knowing Every Particular Object) tentang hidupnya.Â