Mohon tunggu...
Lazuardi Choiri
Lazuardi Choiri Mohon Tunggu... -

15 tahun. Tumbuh dan besar di kota yang kerap terlupa, Sumbawa Besar. Pembelajaran menjadi penulis yang aktif dan kritis juga mencoba objektif.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semalam

27 Agustus 2018   21:13 Diperbarui: 27 Agustus 2018   21:39 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sayup bising kipas menderu

Gelapnya malam buram di jendelaku

Sudut kamar gelap hampir menyeluruh

Berbalut selimut tubuhku telah runtuh

Tadi, beberapa hal disebut kenangan mengunjungi daku

Kusila dan jamu mereka di ruang tamu

Kubiarkan mereka duduk dulu, mengesap tehnya sebab ini bakal memakan waktu

Ditanyakannya sebuah nama yang tak pernah luput dari sejumput resah

Dinyatakannya beberapa kisah yang tak pernah lekang dari pikiran lusuh

Baik-baik aku menjawab, kutakuti mereka menyiksaku lagi seperti dahulu

Di mana salah menjawab diganjar mengingat lagi semua kisah itu

Di mana tak mampu mengingat atau ragu maka aku tak lagi memiliki ruh

Mereka berkata, "Ayo, ingatlah aku!"

Sementara aku menyesap tehku yang tiada lagi hangat dahulu. "Aku tak pernah pikun akan apa yang lalu!"

Argumen yang kami diberi dan saling lempar lebih panas daripada teh yang kuseduh

Semalam, oleh banyak kenangan dalam sosok bayang tak bertubuh aku bersauh

Dan kini, rontoklah hidupku, hidupku, hidupku

Kalah, roboh, runtuh, oleh sesuatu yang kenangan sebut dengan kamu

- Sumbawa, 27 Agustus 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun