"Aku tidak menangis," Ika memecah kebekuan.
"Tentu saja kau tak menangis."
"Ini hanyalah masa yang menyebalkan, cuma itu. Masalah bodoh yang harus kita lalui." Ika terisak.
"Bodoh!"
"Sayang, maafkan aku, kadang kata-kata yang kuucapkan keliru. Padahal yang kumaksud adalah--engkau pun tahu--maksudku, aku memiliki lelaki yang kucintai dan aku ingin bahagia. Hanya itu yang penting bagiku, bukan yang lain. Kau cinta padaku kan?"
"Lebih dari segalanya."
"Sepenuh hatimu?"
"Sepenuh hatiku," balas Yanto mantab.
"Bahagia," kata Ika. "Hanya itu yang kuinginkan darimu."
Mereka berpelukan erat dalam sunyi. Sejauh yang diingatnya waktu tengah malam sudah lewat. Ika mematikan lampu, berguling ke samping suaminya dan berujar dengan nada nyaris gembira, "Waktunya untuk bermimpi."
Karawang, 251112