Mohon tunggu...
Layra Narda Anargya
Layra Narda Anargya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Saya merupakan mahasiswa S1 Universitas Pendidikan Indonesia Prodi Bisnis Digital.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Ekonomi : Menyusuri Konsep Kebutuhan dan Kesejahteraan dalam Pandangan Ekonomi Islam dengan Penerapan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

31 Maret 2024   23:38 Diperbarui: 1 April 2024   00:34 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks ini, peran pemerintah meliputi penyediaan infrastruktur ekonomi yang memadai, pengaturan pasar untuk mencegah monopoli dan praktik-praktik merugikan, serta pemberian bantuan kepada yang membutuhkan. Namun, dalam melakukan fungsi-fungsi ini, pemerintah harus memastikan bahwa tindakan yang diambil sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti larangan riba dan transaksi yang bersifat spekulatif.

Selain itu, pemerintah dalam ekonomi Islam juga memiliki kewenangan untuk melakukan pinjaman hutang luar negeri dalam kondisi-kondisi tertentu yang mendesak dan untuk kepentingan umum yang jelas. Namun, hal ini harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip Islam dan memastikan bahwa pinjaman tersebut akan diinvestasikan dengan bijak untuk meningkatkan kesejahteraan umat dalam jangka panjang.

Dalam pemahaman tentang sistem moneter, terdapat perbedaan mendasar antara sistem moneter konvensional dan sistem moneter Islam. Sistem moneter Islam didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yang melarang riba dan transaksi spekulatif, sementara sistem moneter konvensional menggunakan mata uang fiat yang nilainya ditentukan oleh otoritas moneter. Dengan demikian, dalam konteks ekonomi Islam, pemerintah memiliki peran penting dalam mengembangkan sistem moneter yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan berkontribusi pada stabilitas dan kesejahteraan ekonomi umat secara keseluruhan.

Rasionalitas dari peran pemerintah dalam perekonomian dalam kerangka ekonomi Islam mengacu pada prinsip-prinsip keadilan sosial dan kesejahteraan umat. Meskipun ekonomi Islam menekankan pada kebebasan individu dan inisiatif swasta, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengatur dan memastikan distribusi yang adil dari sumber daya ekonomi. Ini termasuk mengatasi ketidaksetaraan ekonomi, melindungi kepentingan umum, dan mempromosikan kesejahteraan bersama. Peran pemerintah dalam memberikan infrastruktur ekonomi yang memadai, mengatur pasar agar tidak terjadi monopoli atau praktik-praktik yang merugikan masyarakat, serta memberikan bantuan kepada yang membutuhkan adalah bagian integral dari tugasnya.

Dalam ekonomi Islam, pemerintah memiliki kewenangan untuk melakukan pinjaman hutang luar negeri dengan beberapa syarat dan batasan tertentu. Salah satunya adalah pinjaman tersebut harus untuk kepentingan umum yang mendesak dan tidak dapat dipenuhi melalui sumber daya internal negara. Misalnya, dalam situasi darurat nasional atau untuk proyek-proyek pembangunan strategis yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan umat. Namun, penting untuk memastikan bahwa pinjaman tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip Islam, seperti larangan riba (bunga) dan transaksi yang bersifat spekulatif atau merugikan. Pemerintah juga harus memastikan bahwa pinjaman tersebut akan diinvestasikan dengan bijak dan memberikan manfaat jangka panjang bagi negara dan masyarakat.

Sistem moneter konvensional dan sistem moneter Islam memiliki perbedaan mendasar dalam prinsip-prinsip yang mendasarinya. Sistem moneter konvensional didasarkan pada penggunaan mata uang fiat yang nilainya ditentukan oleh otoritas moneter, biasanya melalui manipulasi suku bunga dan pencetakan uang. Di sisi lain, sistem moneter Islam didasarkan pada prinsip ekonomi syariah yang melarang riba dan transaksi spekulatif. Dalam sistem moneter Islam, mata uang didasarkan pada nilai intrinsik, seperti emas atau perak, yang tidak dapat dimanipulasi oleh otoritas moneter. Selain itu, dalam sistem moneter Islam, terdapat institusi-institusi keuangan seperti bank syariah yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti pembagian risiko dan partisipasi dalam keuntungan dan kerugian. Hal ini menciptakan sistem keuangan yang lebih stabil, adil, dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

  1. Kesimpulan

Kesimpulannya, ekonomi Islam menawarkan sebuah paradigma ekonomi yang mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan moral dalam sistem ekonomi, dengan tujuan mencapai kesejahteraan materi dan spiritual bagi masyarakat. Prinsip-prinsip seperti distribusi yang adil, transaksi yang bebas dari riba dan spekulasi, serta tanggung jawab sosial menjadi landasan utama dalam ekonomi Islam.

Dalam konteks peran pemerintah, ekonomi Islam menekankan pentingnya regulasi yang mengatur praktik ekonomi agar mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan bersama. Meskipun memberi ruang bagi inisiatif swasta, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengatur distribusi sumber daya ekonomi agar merata dan adil.

Selain itu, sistem moneter Islam menekankan pada nilai intrinsik mata uang dan prinsip syariah dalam operasi institusi keuangan, menciptakan sistem keuangan yang lebih stabil, adil, dan berkelanjutan.

Secara keseluruhan, ekonomi Islam memberikan kontribusi yang signifikan dalam menawarkan solusi holistik untuk berbagai permasalahan ekonomi, dengan memadukan aspek material dan spiritual serta memprioritaskan keadilan sosial dan kesejahteraan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun