Mohon tunggu...
Layla AA
Layla AA Mohon Tunggu... Guru - Muridmu adalah juga gurumu

Alkisah pada suatu hari .......................................................... .......................................................... .......................................................... Kemudian hidup bahagia selamanya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

TMD dan Kekurangan Ruang Gigi Bisa Jadi Penyebab Migrain yang Tak Terobati

22 Februari 2016   12:53 Diperbarui: 20 Maret 2018   15:35 2195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah anda pernah atau sedang mengalami masalah pada sendi rahang saat makan, menguap atau sikat gigi?. Dimana sendi seperti bergeser dan berbunyi “klik”, rahang terasa pegal dan nyeri waktu mengunyah makanan, sering atau bahkan migrein setiap hari dan kadang kesemutan dikepala, juga pegal di area pundak dan leher?. Kondisi di atas saya alami kurang lebih 5 tahun dengan proses keparahan bertahap. Hingga akhirnya saya baru mengetahui apa penyebab yang saya keluhkan setelah menjalani pemeriksaan pada beberapa dokter dengan rute yang lumayan riweh, dan bisa diibaratkan seperti berputar-putar di taman labirin BPJS hehehe… Istilah medis dari penyebab yang saya keluhkan di atas adalah paramolar atau impaksi atau gigi berlebih dan juga temporo mandibular joint disorder (TMJ disorder)  atau biasa juga disebut kliking TMJ atau TMD.

Pada awalnya saya sering migrein dan pegal di pundak juga leher dan saya anggap sebagai hal wajar karena mungkin faktor kelelahan atau sikap tubuh yang kurang benar. Hingga beberapa tahun kemudian timbul masalah baru yang diawali dari tumbuhnya gigi geraham bungsu atas yang menyamping karena kurang tempat, sekitar tahun 2008-2009. Semenjak itu kadang-kadang sendi rahang seperti bergeser dan berbunyi klik / klicking, tapi hanya sendi sebelah kanan saja. Diagnosa berdasar logika awam saya waktu itu, mungkin karena gigi geraham bungsu tumbuh jadi sendi sedikit bermasalah dan akan hilang dengan sendirinya. Kondisi ini coba saya abaikan hingga akhirnya lama-kelamaan frekuensi klicking semakin sering dan nyeri sendi juga semakin parah. Efek psikologisnya hampir sama seperti orang yang sedang sariawan yang tak kunjung sembuh, ingin menganggap itu suatu kondisi yang tidak berbahaya, tapi sangat mengganggu. Sempat terpikir untuk periksa ke dokter, tapi karena satu dan lain hal rencana tersebut belum terlaksana, hingga pada suatu hari di salah satu berita infotainmen dikabarkan jika artis Nikita Willy baru saja melakukan operasi gigi dikarenakan giginya berlebih hingga mengganggu saraf dan mengakibatkan kebas. Semenjak mengetahui berita itu saya jadi berpikir mungkin masalah sendi saya saat ini hampir sama seperti kasus Nikita Willy dan ada hubungannya dengan gigi geraham bungsu yang tumbuh.

[caption caption="The TMJ Appliance"]

[/caption]Kemudian saya ke dokter gigi praktek langganan dengan tujuan periksa gigi dan konsultasi soal masalah pada sendi rahang saya. Dokter waktu itu menyatakan jika masalah sendi saya ada hubungannya dengan gigi geraham bungsu yang kekurangan tempat sehingga tumbuh miring dan karena tidak berfungsi dalam proses mengunyah makanan, dokter menyarankan untuk mencabut 2 gigi tersebut dengan melakukan photo panoramic terlebih dahulu agar bisa diketahui letak akar gigi. Setelah mendapat hasil photo panoramic gigi geraham bungsu sebelah kanan dicabut, lalu dokter menginstruksikan seminggu kemudian baru dicabut yang sebelah kiri. Karena sudah memiliki kartu jaminan kesehatan BPJS, gigi sebelah kiri saya putuskan dicabut di rumah sakit agar bisa tercover asuransi, tentunya dengan konsekwensi ganti dokter.

Ketika pemeriksaan di rumah sakit, dokter justru menyampaikan  fakta baru dari hasil foto panoramic yaitu paramolar atau adanya gigi berlebih/ada benih gigi yang terjebak di dalam gusi. Benih gigi tersebut harus di ambil melalui operasi dan hanya bisa dilakukan oleh spesialis bedah mulut. Karena di rumah sakit daerah saya belum ada poli bedah mulut, dokter membuatkan saya rujukan ke spesialis bedah mulut rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Di RS Sardjito saya menjalani 2 sesi operasi odontektomi bius lokal, pertama gigi sebelah kanan lalu sembilan hari kemudian gigi sebelah kiri. Sedikit gambaran tentang odontektomi proses operasinya sama seperti cabut gigi, setelah itu gusi di bor sedikit untuk mengambil adik kecil si gigi yang dicabut tadi, bekas luka dijahit dan operasi selesai. Selanjutnya adalah uji kesabaran ±- 1 minggu. 24 jam pertama pasca operasi kompres dingin dan makan minum yang dingin-dingin. Dilarang makan yang panas dan pedas. Jika bengkak pipi makin cetar kompres hangat, selalu kumur-kumur setelah makan dengan obat kumur, gunakan sikat gigi balita untuk sikat gigi. Bengkak pipi bisa berlangsung ± 5-7 hari, jadi lebih baik mempersiapkan waktu khusus untuk operasi yang satu ini. Kembali ke TMD, setelah selesai dengan masalah paramolar pengobatan lanjut pada masalah sendi atau istilah medisnya temporo mandibular joint disorder (TMJ disorder)  atau biasa juga disebut klicking TMJ atau disingkat juga dengan TMD. 

[caption caption="Keterangan gambar: 1. Benih gigi (paramolar) 2. Gigi geraham atas"]

[/caption]Pengobatan TMD baru saya mulai ±2 bulan setelah operasi odontektomi karena masih repot dengan urusan pindahan dan lain sebagainya. Dalam rentang waktu kurang lebih 2 bulan pasca odontektomi saya masih mengikuti saran dokter untuk terapi sendiri,  melatih sendi rahang dengan  cara membuka menutup mulut dengan lidah menempel pada gigi kiri atas. Dokter menyarankan terapi latihan ini karena rahang bawah tampak miring kekanan saat membuka mulut. Selain terapi tersebut saya juga harus merubah kebiasaan seperti posisi tidur miring kekanan dan juga mengunyah makanan menggunakan gigi sebalah kanan. Kebiasaan itu harus saya rubah dan diseimbangkan karena faktor pemicu masalah klicking TMJ ini selain trauma misal karena kecelakaan biasanya dipicu oleh kebiasaan yang sudah bejalan bertahu-tahun.

Dokter menyarankan terapi dengan gerakan latihan tersebut setelah terlebih dahulu menanyakan tentang kapan saya mulai ada keluhan, pernah ada trauma di daerah sendi rahang atau tidak dan beberapa kebiasaan, seperti kebiasaan saat tidur dan juga kebiasaan saat mengunyah makanan, karena kebiasan tidur yang terlalu sering miring pada satu sisi dan juga kebiasaan makan terlalu sering menggunakan salah satu sisi kanan atau kiri saja, jika dilakukan selama bertahun-tahun bisa menyebabkan sendi rahang menjadi lebih kecil sehingga menimbulkan masalah seperti yang saya alami saat ini.

Untuk memberikan informasi yang lebih jelas pada dokter saya membuat  catatan seperti berikut ini:

1. Sekitar tahun 2009-2010 sendi rahang kanan seperti bergeser dan berbunyi klik (medis: klicking) saat membuka tutup mulut, dengan intensitas jarang.

2. 2010-2012 intensitas klicking sendi rahang kanan lebih sering.

3. Sekitar tahun 2013 - pertengahan 2014 intensitas klicking makin sering dan setelah makan sendi rahang kanan tidak klicking dan terasa pegal seperti ada yang menahan gerak rahang. Lebar jarak gigi atas bawah 2cm atau 2 jari. Setelah makan menunggu 30 menit sampai 1 jam sendi rahang kanan klicking lagi dengan lebar jarak gigi atas bawah 3cm.

4. Bulan November - Desember 2014 sendi rahang klicking saat pagi saja, dengan jarak gigi atas bawah 3cm. Setelah aktifitas sarapan, sikat gigi dll sendi tidak bergeser / klicking, lebar jarak gigi atas bawah 2cm.

5. Saat makan setelah mengunyah makanan 2 suapan / ±60x gerakan mengunyah, sendi rahang tidak klicking, dengan lebar jarak gigi atas bawah 2cm-1cm.

6. Jika sendi rahang kanan klicking lebar jarak gigi atas & bawah 3cm & rahang bawah tampak lurus dengan rahang atas. Namun jika sendi rahang kanan tidak klicking lebar jarak gigi atas & bawah 2cm, sendi rahang terasa kaku seperti ada yg menahan & rahang bawah tampak miring ke kanan.

7. Setelah makan lebar jarak gigi atas & bawah kadang-kadang hanya 1cm.

Setelah tidak ada perubahan selama terapi ±2 bulan, dokter menyarankan saya untuk photo TMJ open clouse untuk mengetahui kondisi sendi rahang lebih jelas, meresepkan obat untuk melemaskan otot sendi dan terapi dirumah menggunakan alat semacam karet pelindung gigi yang dipake petinju yang bernama TMJ APPLIANCE. Selama 5 hari minum obat untuk otot sendi dan latihan buka tutup rahang lalu menarik rahang bawah ke kiri, 30 menit setelah minum obat. Dalam 3 hari rahang bawah sudah tampak perubahannya namun sendi masih terasa nyeri, latihan tersebut saya lakukan ± 1 minggu dan juga terapi menggunakan TMJ appliance. TMJ appliance saya dapat secara online di web ini http://shop.cobradental.co.id/do/product/3392-tmj.

Sekilas sangat mudah terapi menggunakan TMJ appliance ini karena tinggal meletakkan alat tersebut diantara gigi atas dan bawah, siang hari selama satu jam dengan posisi duduk punggung, bahu dan leher lurus lalu dilanjutkan malam saat tidur dengan posisi tidur telentang tidak menggunakan bantal agar punggung, pundak dan leher lurus. Ternyata pada prakteknya terapi malam saat tidur tidak bisa berjalan efisien karena konstruksi gigi saya yang tidak rapi menyebabkan karet TMJ appliance lepas saat sudah terlelap akibat dorongan dari konstrusi gigi yang tidak rapi. Hal ini berlangusung sekitar satu minggu pertama terapi, dan untuk mengatasi hal tersebut saya coba browsing untuk menemukan solusi dan solusi pilihan saya jatuh pada belt face yang bisa didapat secara online juga seperti di web ini https://www.tokopedia.com/lavender/oval-belt-slim-face-membentuk-wajah-jadi-langsing. Maksud hati sekali duyung 2-3 pulau terlampau, sembuh TMD dan dapat pipi langsing, ternyata kecewa yang didapat. Belt face tidak bisa saya gunakan karena salah ukuran yaitu size M. Saya sarankan jika pembaca memilih belt face sebagai solusi lebih baik memilih size L agar lebih flesibel mengatur kekencangan belt face saat menggunakannya. Akhirnya solusi saya ganti menggunaan iner jilbab bahan kaos untuk membantu menahan rahang saat tidur dan lama - kelamaan terapi menggunakan TMJ appliance saat tidur bisa berjalan tanpa menggunakan penahan rahang. 

Pada kasus saya,  terapi TMJ appliance berjalan evektif selama ± satu bulan dan sudah menunjukkan progress yang baik, dimana sendi tidak nyeri saat makan, namun rasa pegal dan kaku masih ada jika terlalu lama atau terlalu berat saat mengunyah makanan. Selain itu migrein dan pegal di area pundak dan leher sudah jauh berkurang dibandingkan dulu yang hampir tiap hari migrein disertai rasa mual dan tidak sembuh walopun sudah minum obat dan istirahat. Menurut dokter dalam kasus saya ada korelasi antara paramolar dan TMD, adanya benih gigi yang terjebak dalam gusi, bisa jadi mengganggu gerak rahang ditambah faktor kebiasaan yang memforsir kerja sendi rahang kanan.

Penderitaan 5 tahun hampir berakhir sudah. Saya katakan hampir berakhir karena setelah evaluasi dengan progres yang baik ternyata saya belum total sembuh dari TMD, permasalahan muncul saat saya tambal gigi geraham atas paling belakang (tetangga depanya gigi yang habis dioperasi) saat dokter membersihkan gigi yang akan di tambal dengan alat semacam bor, sendi rahang agak saya paksakan lebih lebar dan hal ini berakibat klicking muncul lagi disertai nyeri dan migrein. Akhirnya tambal gigi dibatalkan dan dokter gigi menyarankan saya berobat lagi untuk menyembuhkan masalah TMD terlebih dahulu.

Setelah insiden tambal saya coba mengatasi sendiri masalah klicking dan nyeri sendi dengan kompres hangat dan menggunakan cream anti nyeri. Dalam 3 hari klicking hilang, frekuensi nyeri menurun, namun setelah 2 minggu nyeri belum juga hilang, stagnan, tidak bertambah dan tidak berkurang dan saya putuskan berobat lagi ke spesialis bedah mulut. Hasil konsultasi terakhir ini dokter menjelaskan jika masalah TMD saya belum sembuh total, saya terkena sindrome TMD akut karena masih ada keterbatasan gerak rahang. Cara mengetahuinya adalah dengan tes membuka mulut, mengukur jarak antara gigi atas dan bawah menggunakan jari yang di sejajarkan, jika pada sendi rahang normal jarak gigi atas bawah 3-4 jari pada kasus TMD 1-2 jari dan solusi terapinya berupa terapi sinar infrared dan massage. Pada terapi kali ini sendi rahang di sinar menggunakan infra red selama beberapa menit, kemudian di massage oleh terapis. Awal terapi sendi rahang seperti diperbaiki letaknya, jadi jangan heran jika terdengar sendi rahang seperti bergeser, lalu rahang di tarik ke kanan ke kiri oleh terapis. Petugas terapi menjelasakan menggunakan istilah awam yang kepada saya bahwa ada sedikit keseleo di sendi rahangnya, dan kasus seperti saya ini sangat jarang karena biasanya pasien TMD yang datang karena cidera kecelakaan atau saat menguap terlalu lebar. Setelah 8 kali terapi nyeri sendi rahang hilang, sendi lebih ringan dan jarak gigi atas bawah lebih lebar 1/2, yang awalnya 2 jari menjadi 2,5. Lalu untuk pemulihan dokter menyarankan sering melatih sendi rahang dengan cara mengunyah makanan dan diseimbangkan antara kiri dan kanan, sedangkan sebagai alternatif pengganti makanan, permen karet bisa jadi pilihan agar tidak berefek pada lonjakan berat badan. Saat ini bisa dibilang kesembuhan TMD 99%, bisa jadi masih proses pemulihan dan bisa juga tidak bisa kembali pulih 100% karena adanya faktor perubahan bentuk sendi yang lebih kecil.

Ada beberapa hal yang menjadi poin peting dari cerita saya di atas:

1. Keluhan awal yang memulai perjalanan saya hingga mengetahui adanya paramolar dan TMJ disorder adalah karena sendi rahang yang bermasalah. Dan saya tidak tau jika gigi berlebih dan masalah sendi bisa menyebabkan timbulnya migrein dengan level cukup berat, karena sampai menyebabkan mual dan tidak bisa sembuh dengan obat, pada beberapa kasus bisa sampai vertikal, telinga berdengung, kepala kesempatan dan gangguan keseimbangan. Saran saya jika pembaca mengalami keluhan seperti penjelasan di atas akan lebih baik jika tidak hanya berkonsultasi dengan dokter umum saja, tetapi juga perlu periksa ke dokter gigi atau spesialis bedah mulut.

2. TMJ disorder atau TMD bisa dipicu dari kebiasaan salah yang dilakukan bertahun-tahun dan solusinya adalah merubah dan memperbaiki kebiasaan tersebut. Pada proses pengobatan yang menyangkut kebiasaan ini pasien harus kooperatif dalam menyampaikan informasi pada dokter sehingga bisa didapat kesimpulan apa yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Saya sarankan membuat catatan tentang sejak kapan ada keluhan dan apa saja yang dikeluhkan. Mencatat hal-hal penting tentang keluhan anda sangat berguna saat konsultasi dengan dokter agar tidak ada yang lupa untuk disampaikan.

3. Selama berobat hingga akhirnya diketahui adanya paramolar dan TMJ disorder ini saya sudah menjalani pemeriksaan dengan 6 dokter, dengan masa pengobatan evektif ±6 bulan. Dari ke-6 dokter tersebut menyampaikan pendapat yang berbeda-beda, sampai akhirnya ada dua orang memberikan diagnosa dan solusi yang sama. Saran saya akan lebih baik jika mendapat rekomendasi dengan dokter siapa anda akan berobat, karena komunikasi yang baik antar dokter dan pasien sangat diperlukan terutama untuk kasus seperti TMJ disorder dimana salah satu factor penyebabnya dari kebiasaan dan proses pengobatannyapun juga meliputi perubahan kebiasaan yang memerlukan waktu cukup lama. Bahkan jika melihat pengalaman dari cerita pada artikel blog  https://risirishworld.wordpress.com/2011/07/28/temporo-mandibular-joint-disorder/ selain memeriksa pasien dari kondisi fisik dokter juga menanyakan masalah pasien yang bisa jadi bersifat pribadi, karena salah satu penyebab TMJ disorder adanya bruxism atau clenching atau kebiasaan mengerut gigi saat tidur yang dipicu dari stress dan kelelahan.

4. Kebiasaan yang memicu TMD banyak sekali diantaranya sering mengunyah makanan hanya dengan salah satu sisi saja misal sering menggunakan geraham kanan saja atau kiri saja, sering tidur miring di salah satu sisi juga, sering  membawa tas yang lumayan berat di salah satu sisi pundak dan kebiasaan bertopang dagu. Pada masa pengobatan TMD kebiasaan - kebiasaan tersebut harus dirubah dan dihindari terutama kebiasaan membawa tas dengan bawaan berat karena dapat menarik otot bahu. Saat makan buah lebih baik di potong kecil-kecil sehingga bisa dimakan dalam satu suapan dan kunyah dengan seimbang antara geraham kanan dan kiri. 

5. Jadilah pasien yang kooperatif dan komunikatif memberikan informasi sejelas dan selengkap mungkin pada dokter juga tertip melaksanakan apa yang diinstrusikan dan jangan segan untuk bertanya jika ada yang kurang jelas. Inisiatif dan kreatif, perbanyak informasi dari berbagai sumber, agar anda bisa sedikit lebih memahami kondisi anda sendiri. "Pinter sebelum ke dokter" (walopun tetap dokter yang lebih tau solusi terbaik bagi keluhan anda) pasien yang sudah punya bekal informasi walopun sedikit akan lebih nyambung dan faham apa yang disampaikan dokter. 

6. Point terakhir tetapi juga point utama adalah memulai semua usaha dengan berdo’a agar mendapat kemudahan dan kesembuhan karena kesembuhan sudah pasti Tuhan yang memberikan. Semoga bermanfaat 😊😉

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun