Selain itu, lembaga keuangan sentral AS, Federal Reserve, dan European Central Bank (ECB) seringkali memiliki prioritas yang berbeda dalam menetapkan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya.
Dolar AS telah menguat terhadap mata uang mitra dagang utama, termasuk euro, karena kebijakan pengetatan moneter agresif Federal Reserve untuk memerangi inflasi. Hal ini membuat produk-produk buatan AS menjadi lebih mahal di pasar luar negeri, memperlebar defisit perdagangan dan mengurangi output ekonomi.
Euro yang lebih lemah dapat membebani ECB karena hal tersebut berarti harga yang lebih tinggi untuk barang-barang impor, terutama minyak yang dihargakan dalam dolar.
ECB berusaha menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi, namun suku bunga yang lebih tinggi juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Nilai tukar tetap mendorong terjadinya saling ketergantungan ekonomi dan kebijakan, sementara nilai tukar fleksibel memungkinkan berkurangnya transmisi gangguan melalui pasar dan meningkatkan otonomi kebijakan.
Namun, kejadian baru-baru ini telah menimbulkan keraguan pada pandangan tradisional yang sederhana mengenai hubungan antara rezim nilai tukar dan saling ketergantungan kebijakan, karena saluran transmisi gangguan yang baru dalam nilai tukar mengambang telah ditemukan.
Federal Reserve AS telah menaikkan suku bunga lebih agresif dibandingkan ECB, yang telah menyebabkan melebarnya kesenjangan suku bunga di antara kedua negara, menyebabkan penguatan dolar AS, yang dapat merugikan ekspor UE dan mendorong UE untuk merespons dengan kebijakan yang bertentangan.
Kesenjangan ini telah menarik uang investor dari euro ke dalam investasi berdenominasi dolar, mendorong euro turun dan dolar naik.
Euro menghadapi lanskap yang kompleks yang ditandai dengan perubahan politik dan tantangan ekonomi, termasuk pemilihan parlemen dan presiden di beberapa negara zona euro, konflik internasional yang sedang berlangsung, dan pengetatan fiskal.
Jalan Zona Euro penuh dengan tantangan, terutama mengenai anggaran UE dan transisi hijau yang sangat penting. Kebijakan fiskal di negara-negara anggota siap untuk diperketat pada tahun 2024.
Melonjaknya inflasi di kawasan euro telah menjadi faktor utama dalam penurunan nilai euro. Tren kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan harga energi akibat konflik Rusia-Ukraina. Sebaliknya, perekonomian AS tidak terlalu terpengaruh oleh perang Ukraina, yang membuat inflasi lebih rendah di AS.