Mohon tunggu...
Laiyin Nento
Laiyin Nento Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Pendidikan Karakter | Penggiat Kepramukaan Nasional dan Internasional

Wakil Kepala Pusat Pendidikan & Pelatihan Kepramukaan Tingkat Nasional (Wakapusdiklatnas) | Pembina Pramuka | Kepala Pusdiklat Kepramukaan Kota Bekasi | Sekretaris Komisi Luar Negeri Kwarnas 2018-2023 | Penggiat Pendidikan Karakter | Entrepreneur | Kreator Konten | Member of Asia-Pacific Region Educational Method Sub-Committee 2018-2025 | WOSM Consultant Team 2019-2025

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Followership. Sebuah rahasia kepemimpinan.

15 Januari 2025   22:40 Diperbarui: 15 Januari 2025   22:40 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernah bertemu seorang anggota tim atau bawahan yang banyak mengeluh, hanya mengerjakan hal sekadarnya, sering menggerutu, gemar menggosip dengan sinis di belakang---tanpa pernah memberikan kontribusi positif untuk timnya? Sikap-sikap yang tidak hanya membuatnya tidak efektif, tetapi juga menjadi parasit bagi tim dan mengganggu dinamika kepemimpinan. Orang seperti ini, ketika suatu hari menjadi pemimpin, dapat dipastikan tidak akan menjadi pemimpin yang hebat. Mengapa? Karena kepemimpinan dibangun dari kebiasaan, karakter, dan keterampilan yang dipelajari selama menjadi seorang yang dipimpin.

How you follow is how you will lead.

Sejak lama, kita dijejali ilmu dan pelatihan tentang leadership atau kepemimpinan agar kita memahami cara memimpin yang baik. Namun, kita jarang atau bahkan tidak pernah diajarkan atau dilatih tentang sesuatu yang disebut followership, yaitu bagaimana menjadi seorang yang dipimpin dengan baik, seorang follower yang efektif. Padahal, followership adalah pondasi awal untuk memiliki leadership yang handal. ---Selanjutnya, agar lebih familiar, istilah follower atau pengikut akan kita ganti dengan kata 'anggota'---. Tanpa anggota yang efektif, visi pemimpin tidak akan pernah terwujud.

Robert E. Kelley, seorang pakar kepemimpinan terkemuka, dalam bukunya 'The Power of Followership', sering menekankan pentingnya followership sebagai batu loncatan untuk menjadi pemimpin yang efektif. Mereka berargumen bahwa pengalaman menjadi anggota yang baik---seperti belajar bekerja sama, berpikir kritis, dan bertanggung jawab---adalah kunci untuk mengembangkan kepemimpinan yang kuat.

Followership adalah peran aktif seorang anggota dalam mendukung pemimpin dan tim untuk mencapai tujuan bersama. Followership bukan sekadar menjadi yes man atau anggota yang pasif. Followership dimaksud adalah positive followership, di mana seorang anggota berkontribusi secara proaktif, kritis, dan kolaboratif. Sebaliknya, negative followership adalah ketika anggota hanya menunggu perintah, tidak memberikan masukan, atau bahkan bersikap apatis. Anggota organisasi atau korporasi dengan followership yang lemah akan menjadi beban bagi tim, menghambat produktivitas, dan merusak dinamika kelompok.  

Stigma menjadi seorang follower terkesan negatif padahal pada praktiknya, kita akan selalu berhadapan dengan peran sebagai leader atau follower. Ketika menjadi pemimpin, kita harus menjadi pemimpin yang baik. Dan ketika menjadi anggota, kita juga harus menjadi anggota yang efektif. 

Ingin memiliki kemampuan leadership yang matang? Maka, milikilah kemampuan followership yang baik. Kenapa? Karena hal tersebut akan mengajarkan kita untuk memahami dinamika tim, menghargai peran orang lain, dan mengembangkan empati.  

Tentu ada perbedaan motif antara followership di organisasi profesional (seperti perusahaan, pemerintahan, atau militer) dan organisasi berbasis sukarelawan (seperti yayasan, NGO, atau Gerakan Pramuka). Di organisasi profesional, followership sering kali didorong secara dominan oleh insentif materiil, seperti gaji atau promosi. Sementara di organisasi sukarelawan, followership lebih didasarkan pada nilai-nilai dan komitmen bersama, seperti kepedulian sosial atau keinginan untuk berkontribusi. Keduanya sama-sama membutuhkan anggota yang proaktif dan kolaboratif.  

Anggota (follower) yang efektif adalah orang dewasa yang seimbang dan bertanggung jawab, mampu sukses tanpa kepemimpinan yang kuat. Banyak anggota percaya bahwa mereka memberikan nilai sebanyak pemimpin, terutama dalam situasi proyek atau tim tugas. Dalam organisasi dengan anggota yang efektif, pemimpin cenderung lebih berperan sebagai pengawas perubahan daripada pahlawan. Seiring struktur organisasi yang semakin datar, kualitas anggota akan semakin penting. Seperti yang ditulis Chester I. Barnard 50 tahun yang lalu dalam 'The Functions of the Executive', Keputusan tentang apakah suatu perintah memiliki otoritas atau tidak terletak pada orang yang dituju, bukan pada 'orang yang berwenang' atau mereka yang mengeluarkan perintah.  

Robert E. Kelley menulis artikel berjudul In Praise of Followers yang menegaskan bahwa kesuksesan organisasi tidak hanya bergantung pada kepemimpinan yang hebat, tetapi juga pada anggota yang efektif. Tanpa anggota yang baik, pemimpin sehebat apa pun tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi. Kelley menyoroti bahwa anggota yang efektif adalah mereka yang berpikir mandiri, proaktif, dan bertanggung jawab. Mereka tidak hanya menjalankan perintah, tetapi juga berkontribusi secara kritis dan kolaboratif untuk mendukung visi tim.  

Kelley juga mengidentifikasi lima pola followership: Sheep (anggota pasif), Yes People (anggota patuh tanpa kritik), Alienated Followers (anggota kritis tetapi pasif), Survivors (anggota yang bertahan), dan Effective Followers (anggota yang mandiri dan proaktif). Dari kelimanya, Effective Followers adalah yang paling berharga karena mereka mampu mengambil inisiatif, memecahkan masalah, dan bekerja efektif tanpa perlu supervisi yang ketat. Menurut Kelley, anggota yang efektif adalah kunci untuk menciptakan organisasi yang tangguh dan adaptif, terutama di era di mana struktur organisasi semakin datar dan kolaborasi tim semakin penting.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun