Bandara Sultan Hasanuddin Makassar menyambut kami dengan mendung. Setelah perjalanan dari rumah kediaman kami di Barru. Berangkat pukul 2 dinihari demi mengejar waktu sampai di masjid bandara jam 5 subuh. Di tempat ini kami janjian dengan pihak travel AFA tour kerja sama dengan PT.Cahaya madinah dalam satu konsorsium.
Kami pun sekeluarga yang 2 mobil sampai sebelum pukul 4 dini hari. Menunggu adzan subuh dikumandangkan. Tak lama kemudian beberapa mobil pun sudah menyusul membawa jamaah umrah dari kabupaten lain.Adzan pun berkumandang dan shalat subuh pun digelar berjamaah.
Kami pun kemudian saling mengenal sebab baju seragam batik yang sama dari travel. Kami pun para jamaah di kumpulkan di pojok mesjid untuk sekedar silatuhrahim dan sedikit manasik atau tata cara umrah singkat. Pihak travel pun menerangkan dengan gamblangnya dan semuanya terasa mudah di pahami karena semuanya telah di pelajari. Mereka telah memberikan buku panduan umrah jauh hari dari waktu pemberangkatan.
Sebelum jam 7 pagi kami pun berkemas ke terminal keberangkatan. Jalan dari masjid bandara menuju terminal keberangkatan agak macet maklum Senin pagi. Setelah semuah jamaah travel berkumpul sesi fhoto bersama dengan pihak travel. Bergantian para jamaah mengabadikan moment ini bersama dengan keluarga pengantar.
Pihak travel kemudian memimpin para jamaah memasuki ruang tunggu sebelum melalui pemeriksaan detektor logam, mulai hp, jaket, ikat pinggang,tas kecil semuanya dimasukkan dalam keranjang melalui pemeriksaan.
Kurang lebih 1 jam di ruang tunggu di gate 6 pihak maskapai Lion air tujuan Jakarta telah mengumumkan untuk bersiap. Dan kemudian melalui pemeriksaan tiket kami pun menuju badan pesawat melalui garbarata yang telah di sediakan. Semua larut dalam doa keselamatan sebelum akhirnya Lion air pun mengudara membelah mendung langit Makassar.
Seperti biasa pesawat pun mengudara  dengan entengnya. Hanya ketika berada di atas laut Jawa  pesawat pun berguncang keras efek bersinggungan dengan awan. Kami pun sempat terpaku merapal segala doa keselamatan. Pemandangan di luar masih mendung. Beberapa kali awak kabin mengumumkan keadaan cuaca yang kurang bersahabat. Guncangan kecil masih terasa namun terasa lega ketika sumber suara maskapai menerangkan bandara Soekarno Hatta telah dekat. Bersiap untuk landing.Perjalanan 2 jam pun Makassar - Jakarta berakhir.
Dengan sebuah bus maskapai lion kami pun di bawa ke ruang transit sembari menunggu pihak travel dan porter membereskan travel bag para jamaah. Di sini kemudian kami di jemput dari pihak travel yang memang telah menunggu kami sejak pagi. Orang ini diserahi tanggung jawab mengurus perlengkapan sampai pada pengurusan dokumen ke emigrasian.
Setelah semua tas travel terkumpul berkat jasa porter yang disewa kami pun menaiki bus yang akan membawa kami ke terminal pemberangkatan luar negeri. Maskapai Ettihad UEA,Uni Emirate Arab yang akan membawa kami ke bandara king Abdul Azis Jeddah.Dengan terlebih dahulu transit di bandara Abu Dhabi.Kemudian lanjut Jeddah. Cukup lami kami menunggu terkantuk-kantuk setelah menyantap siang nasi dos ala travel.
Bandara Soetta yang cukup luas terkadang membingungkan untuk urusan administrasi. Mata harus awas perhatikan tanda-tanda petunjuk. Maklum bandara besar yang memungkinkan orang yang belum terbiasa akan sedikit kesulitan. Kecuali siap bertanya dan memperhatikan setiap informasi yang tertera pada setiap lorong dan ruangan bandara.
Perjalanan ke UEA tepatnya bandara Abu Dhabi sekitar 6 jam. Kenapa di Abu Dhabi bukan di Dubai.Kebetulan maskapai ettihad berpangkalan di abu dabi dan maskapai emirates di Dubai.
Dua-duanya maskapai milik UEA.Pesawat yang kami tumpangi ini berbadan besar mungkin jenis air bus.Terdapat dua lorong dengan deretan kursi sejajar. Uni emirate arab Ini salah satu negara di timur tengah yang melaksanan balap mobil formula one. Jadi Michael Schumaker sering balapan di sini. Begitu pun juga nanti untuk pembalap Indonesia Rio Haryanto yang terjun di F1. Cuma sayangnya dukungan dari Indonesia tidak maksimal.
Untuk penerbangan domestik yang pernah saya lalui belum pernah saya dapatkan fasilitas layar monitor untuk menonton. Mungkin karena perjalanan di Indonesia rata-rata singkat atau hanya tersedia untuk kelas bisnis saja.Makanan yang diberikan wuih jangan ditanya dari makanan ala Indonesia sampai pada aneka jus dan snack ala timur tengah. Sejenis roti-roti gitu.
Pramugarinya face arabian dengan kecantikan khas,tubuh agak tinggi dari kita orang melayu.Agak lucu kalau mereka menawarkan minum atau snack, kalau tidak mengerti sedikit bahasa english ya pasti kelabakan. Bagaimana tidak kalau nenek-nenek dan kakek-kakek dari tanah air ditanya tentang mau makan dan minum apa ya pastinya cuma melongo. Jadilah kami yang paham secuil ikut nimbrung menterjemahkan.Atau kalau pramugarinya bingung langsung minta maaf dan minta tolong tanya pada kami yang mengerti secuil english.
Pukul 11 malam waktu Abu Dhabi lewat sedikit kami pun sampai dan mendarat dengan selamat di bandara Abu dhabi.Seperti lazimnya bandara. Masih diribetkan dengan pemeriksaan barang bawaan.Menunggu di gate G.35 bersama dengan rombongan umrah dari Uzbekistan,Pakistan bangsa urdu yang mayoritas islam.Cukup riuh mendapati mereka dengan bahasanya. Mereka dalam rombongan besar dan telah memakai ihram.
Beberapa dari mereka telah mandi di mushalla bandara. Mereka pun mewakili etnis cambang dan janggut yang di biarkan panjang. Perempuannya pun dengan pakaian khas mereka. Bagi kita yang melayu mereka kelihatan cantik berbeda dengan melayu. Mungkin karena jarang menjumpai mereka.Di bandara ini anda bisa mengisi waktu dengan mengotak-atik komputer yang terpasang di lantai dasar.Memang diperuntukkan untuk para penumpang. Bisa untuk online atau sekedar bermedia sosial.
Pukul 2 dinihari waktu UEA pesawat Ettihad pun melanjutkan
perjalanan.Kali ini dengan jenis pesawat berbeda agak kecil namun fasilitas masih sama.Sekitar 3 jam dari Abu Dhabi ke Jeddah. Masih bisa menonton aneka film bergenre action,drama,sampai pada laporan Tv langsung . Dengan headset masing penumpang larut dengan film. Ada juga yang memilih tidur. Saya pun hanya dapat melek sebentar di depan monitor film berjudul PI tentang petualangan di laut kemudian menyerah tertidur.
Sekitar pukul 5 dinihari waktu setempat,Ettihad pun mendarat mulus. Maksud hati menyaksikan pemandangan kota Jeddah dari atas tak berjalan mulus. Soalnya masih malam. Yang nampak hanyalah cahaya lampu berkilauan menyebar yang menandakan Jeddah termasuk kota ramai.Pemeriksaan masuk di bandara ini cukup ketat.
Mulai dari pasport,visa dan dokumen lainnya seperti buku vaksin meningitis.Kita juga harus melalui pemeriksaan sidik jari sama ketika kita mengambil SIM. Setelah itu kita harus berdiri di depan meja petugas yang telah dilengkapi kamera. Foto kami pun di ambil satu persatu.Cukup lama prosesnya sampai selesai. Antrian membludak dari berbagai bangsa.
Namun saya rasa agak murah ketimbang beli kartu baru yang cuma bisa dipakai 10 hari.Lagian pula tidak setiap hari menelpon juga. Cuma biasanya kalau ada keluarga menelpon biasanya tidak diangkat,karena kena roaming. Pulsa kita juga terkuras. Kenapa kemudian ini mahal. Jawabnya karena Telkomsel nebeng pada fasilitas operator selular Arab Saudi. Makanya untuk menghemat saya pakai saja SMS. Cukup murah satu kali sms ke tanah air cuma Rp. 1000.Paket internet pun cukup mahal baik telkomsel sendiri. Makanya untuk kebutuhan data dan online mengandalkan wifi dari hotel yang kami tempati baik di Madinah atau di Makkah.
Sebuah bus menanti bersama agen travel untuk mengantar kami ke kota Madinah terlebih dahulu. Ziarah ke makam nabiullah Muhammad SAW di area masjid Nabawi dan sahabat rasul lainnya. Ke pekuburan Baqi tempat dikuburkan anak Rasulullah Fatimah dan Usman bin Affan,ummul mukminim Aisyah ra dan sahabat lainnya. Ke Jabal Uhud tempat sahidnya Hamzah paman Rasullullah dan para muslim yang syahid di perang Uhud.
Hotel bintang 3 kami tempati,Durratul Alandalus jaraknya dekat dengan masjid Nabawi sekitar 100 meteran. Hotel dengan lantai 15.Kami pun ditempatkan di lantai 13 dengan satu kamar ada yang 2 atau 3 orang.Kebetulan saya bertiga. Bapak dengan pihak travel yang menjadi pembimbing kami sekaligus guide yang memandu selama di Madinah dan Makkah.Hotel bersih dengan fasilitas layaknya hotel lain. Lift yang menghubungkan antara ruang makan dan lantai dasar.Biasanya ini agak masalah karena orang tua yang tak paham lift agak takut menggunakan lift. Jadinya mereka biasa saling tunggu untuk ke masjid atau sekedar pergi belanja.
Hotel-hotel di Madinah al munawarah saling berdempetan. Hotel-hotel itu menjulang tinggi mengelilingi masjid Nabawi.Setiap jalanan antara hotel dan masjid Nabawi di penuhi para pedagang arab menggelar dagangannya.Paling ramai ketika selepas shalat berjamaah.
Para pedagang arab ini berlomba menarik pembeli dengan memakai bahasa indonesia. Hali-hali dan hulah-hulah sudah lazim di sana. Maksudnya mari-mari dan murah-murah walaupun pada dasarnya menurut kita tidak murah.Mereka menggelar dagangan di jalan dan ada pula yang menggunakan gerobak. Salah tempat dalam menjual sesuai yang di izinkan oleh askar di sana siap-siap untuk dibongkar. Askar di sana adalah sebutan polisi untuk Indonesia.
Disana berlaku pun tawar menawar. Kalau penjual yang di jalanan dan gerobak harga biasa langsung pas. Atau pun hanya terpaut kecil dari harga semula. Kenapa demikian karena mereka secepatnya ingin mendapatkan pembeli dan yang ke dua mereka tidak permanen berada di situ. Ketika jemaah mulai berkurang mereka akan mengemas kembali dagangannya dan kembali sampai waktu shalat tiba. Moment keluarnya jamaah saja dari masjid yang ditunggu.Jadi mereka tetapkan harga minimal dan jarang harga turun berbeda ketika belanja di emperan toko-toko atau di bawah hotel.Harga terpaut jauh jadi diperlukan kejelian menawar.
Urusan belanja tidak terlalu masalah disana. Tempat penukaran uang cukup banyak. Ikuti saja tanda panah keterangan kalau di tempat itu ada tempat pertukaran uang.Ini di areal masjid Nabawi.Orang Arab disana juga menerima pembayaran dengan uang indonesia tapi terbatas pada lembaran 100 ribuan dan 50 ribuan. Pecahan dari itu tak diterima. Mungkin mereka pusing dengan nilainya.Komunikasi pun sudah agak lancar karena mereka sudah mengerti sedikit bahasa indonesia. Lebih sedikit kesulitan berkomunikasi dengan orang India,Pakistan atau Turki kalau mereka juga tak mengerti sedikit english.
Soal watak penjual disana juga bermacam-macam. Mereka terkadang marah-marah kalau menawar terlalu murah. Biasanya juga menyuruh pergi dengan sebutan bakhil. Saya pernah ada kejadian sepulang sholat dari masjid Nabawi. Salah satu gerobak disana menjual alat elektronika sejenis setrika kecil yang bisa dibawa-bawa.
Seorang  mirip orang Turki kemudian mengajukan penawaran sembari memegang setrika itu. Kontan saya kemudian kaget ketika penjual itu berkata-kata keras namun maksudnya tak menerima harga yang di ajukan dan merampas setrika kecil itu dari tangan calon pembeli. Menurutku ini tidak beretika sekali. Kalau di Indonesia seperti ini tunggulah barang daganganmu basi.He'he'he.Tidak semua juga penjual disana berkelakuan begitu.
Soal perbandingan harga dengan tanah airku menurutku barang di indonesia lebih murah. Cuma sudah menjadi image bahwa barang yang di beli dari Makkah atau Madinah mempunyai berkah.Padahal barang yang masuk ke Arab Saudi juga kebanyakan dari luar seperti China dan Turki.
Mungkin juga dari Indonesia.Saya pernah berpikir untuk mengakali hal seperti ini untuk oleh-oleh keluarga. Bagaimana kalau kita beli baju,celana dan sajadah atau aneka pernak-pernik oleh-oleh lainnya kita beli di pasar tanah abang Jakarta atau di pasar Butung Makassar untuk dibawa ke tanah haram untuk mendapatkan keberkahan. Kemudian bawa kembali sebagai oleh-oleh. Setiap barang yang dibawa masuk ke Makkah dan Madinah akan memiliki keberkahan.Jadi tidak terlalu terjadi pembengkakan anggaran. Tapi memangnya kita naik haji atau umrah untuk belanja ria ?. Pastinya  tentu untuk ibadah.
Di setiap pelataran masjid payung-payung ini saling berangkaian. Pelataran masjid pun menjadi tempat sholat bagi mereka yang malas masuk ke dalam. Untuk dalam masjid pun setiap area dan sudut masjid tersedia air zamzam siap minum. Air ini dikemas dalam galon pencet tertentu dan gelas plastik sekali pakai.Setiap tempat petugas kebersihan selalu stand by baik dalam masjid maupun pelataran. Setiap hari karpet-karpet di vakuum cleaner dan diberi wewangian. Lantai pelataran pun setiap saat disiram pembersih lantai menggunakan mobil pembersih khusus. Bisa beberapa kali dalam sehari.
Ditengah masjid terdapat kubah hijau. Ini adalah tanda bahwa dibawah kubah ini adalah makam baginda rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khabtab.Berdampingan tiga. Para jemaah pun berlomba-lomba untuk shalat di area ini. Area ini dikatakan sebagai Raudah.
Area ini merupakan bekas rumah rasulullah dan dulunya bersambungan dengan masjid Nabawi.Tempat ini salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Makanya orang pun rela berdesak-desakan untuk masuk ke Raudah.Jangan heran ketika shalat di masjid ini orang akan lalu lalang depan kita. Membuat kita tak bisa fokus namun seperti itulah adanya. Kondisi yang demikian merupakan pengecualian di masjid Nabawi dan masjidil Haram.
Setiap saat askar pun berjaga dan memperingatkan para peziarah yang terlalu mengkultuskan makam.Saya pun sempat masuk Raudah setelah berjuang dengan mereka yang bertubuh besar. Shalat 2 rakaat dengan orang lalu lalang di depan. Doa pun terpanjatkan.Kemudian lewat di depan makam dan mengucapkan salam pada junjungan nabiullah dan makam para sahabatnya.
Di dalam masjid setiap saat ada pengajian yang pesertanya bisa dari para jamaah. Belajar mengaji dan memperlancar tajwid dari guru-guru disana.Di sana pun kita akan cepat akrab dengan sesama orang indonesia dan malaysia. Ya sama-sama melayu. Muka sudah tak asing. Bisa dibedakan dengan ras India,Turki,Banglades atau Pakistan atau ras lainnya.Jika ada yang memakai sarung biasanya itu orang Indonesia.
Bicara tentang makanan indonesia di sana tak usah khawatir. Disana ada khusus warung makanan indonesia. Saya tak sempat mencobanya cuma sekedar lewat. Lagian juga makanan yang disiapkan di hotel adalah menu indonesia. Soalnya pihak hotel kerja sama dengan catering orang indonesia untuk siapkan menu indonesia.Jadi dalam satu hotel setiap ruangan makan dipisahkan antara orang indonesia dengan bangsa lain. Bangsa lain dengan meja tersendiri dan menu khas negara mereka juga. Saat waktu makan tiba ruangan makan pun ramai dengan menu bermacam-macam.
Empat hari di Madinah dengan rutinitas ibadah dan sekedar belanja terasa singkat.Namun masih sempat ke masjid Quba masjid yang pertama kali dibangun oleh rasulullah. Terus ke  Jabal uhud dan ke kebun kurma. Sempatkan siarah ke pekuburan Baqi. Pekuburan yang berbeda dengan kuburan di Indonesia. Pekuburan yang ditembok tinggi sekelilingnya  berbatasan langsung dengan area masjid Nabawi.Di sini tak akan dijumpai kuburan di semen permanent. Orang baru meninggal cukup ditandai dengan onggokan kerikil dengan batu sebesar kepala di atasnya. Setelah sekian lama kuburan ini akan dipakai untuk mengubur mayat yang baru.
Di dalam area ini ada pengumuman untuk tidak mengkultuskan kuburan seperti membungkuk,berjalan mundur atau ritual lain yang sering dilihat di tanah air. Jika kedapatan askar disana akan mengusir anda.Di sana ada pengumuman dan hadits yang memuat tentang ziarah kubur dalam berbagai bahasa,termasuk indonesia.Intinya ziarah kubur hanya untuk mengingat kematian bukan mengharap berkah dari orang yang sudah mati.
Tibalah saatnya kami meninggalkan Madinah menuju Makkah untuk menjalankan ibadah umrah.Perjalanan dengan jarak tempuh kurang lebih 500 km kalau tak salah.Pemandangan yang sama hamparan gunung batu dan padang pasir sepanjang perjalanan. Mengambil miqat di masjid Birr Ali karena kami dari Jeddah ke Madinah terus ke Ma'kah.Menetapkan niat dan memakai ihram dengan melepaskan semua pakaian berjahit,tidak memakai wangi-wangian dan sholat ihram dua rakaat sebelum melanjutkan perjalanan.Sepanjang perjalanan kalimat talbiyah pun terdengar dari mulut kami.LABBAIKALLAHUMMA LABBAIK LABBAIKA LASYARIKA LAKALABBAIK INNAL HAMDA WA'NIMATA LAKA WALMULK LASYARIKALAK.Kami penuhi panggilanMu ya Allah.
Kami pun sampai di Makkah ketika sudah malam. Doa memasuki kota Makkah pun terucap dipandu oleh pembimbing. Kota Makkah pun ramai bermandi cahaya. Mobil bus yang kami tumpangi akhirnya berhenti hotel Yajid. Kami pun semua bergegas memasuki hotel. Di hotel ini kami tidur berempat berada pada lantai 9.Masih sama dengan di Madinah menggunakan fasilitas lift menghubungkan lantai dasar dengan lantai atas.Masih momok bagi nenek-nenek yang ada pada rombongan kami.
Istirahat sejenak setelah menjamak shalat magrib dengan isya dengan pakaian ihram kami pun menuju masjidil haram. Melaksanakan umrah,tawaf 7 x dan sai 7 x serta tahallul nantinya.Perjalanan di mulai jam 12 malam. Memasuki masjidil haram kami sudah berdesak-desakan di pintu masuk. Bukan karena jumlah pintu di masjidil haram yang kurang namun jumlah jamaah umrah memang yang membludak.Dari berbagai suku bangsa.Bayangkan sudah tengah malam para jamaah masih berdatangan. Masjidil haram tak pernah sepi 24 jam. Dari pagi sampai paginya lagi tak pernah kosong jamaah melakukan tawaf.
Alas kaki pun harus dibawa serta karena tidak menutup kemungkinan jalan keluar akan berbeda.Doa istigfar berulang kali ketika nampak kiblat umat islam sedunia,Ka'bah kelihatan.Berdiri agung ditengah-tengah dengan ribuan orang sedang tawaf mengelilingi ka'bah. Bukan cuma di lantai bawah yang berdekatan langsung dengan ka'bah tapi lantai 2 dan 3 pun penuh melakukan tawaf. Kami pun tawaf di lantai dasar. Saling berdesakan. Disinilah kesabaran kita di uji. Ketika keringat bercucuran saling dorong dan salip pun terjadi. Kipas angin besar yang terpasang sekeliling pun seakan tak sanggup mengatasi kegerahan.Kami membentuk barisan menjaga perempuan di dalam barisan. Terkadang ada juga jamaah lain mencoba menerobos.
Sabar,sabar dan sabar inilah ujian.Inilah ibadah yang mesti harus sempurna pelaksanaannya. Membiarkan tubuh kami terdorong-dorong dengan menjaga niat untuk tak membalas.Satu kali putaran,dua kali putaran sampai tujuh putaran. Dengan menahan sabar. Setiap lewat depan hajar aswad mengangkat tangan mengucapkan Bismika Allahu Akbar sembari mengecup tangan.Mengucapkan doa keselamatan dunia akherat setiap melewati rukun yamani. RABBANA ATINA FI'DUNIA HASANATAN WAFIL AKHIRATI HASANATAN WAQINA ASABANNAR.Doa pribadi dan keluarga terpanjatkan. Melaksanakan shalat sunnat tawaf dan berdoa khusyu sembari menatap ka'bah. Berharap Zat maha tinggi mengijabah doa kami.
Bergegas meminum air zamzan untuk pertama kalinya. Meminumnya berdiri sambil menghadap ke ka'bah. Rasa segar pun terasa meneguk tiga gelas kaca berharap Allah memberikan kesembuhan penyakit melalui air zam-zam ini.Lanjut untuk sai antara bukit safa dan marwah.Tempat ini adalah dua bukit yang pernah dilalui oleh siti Hajar istri nabi Ibrahim dan ibu dari nabi Ismail.Ketika sitti Hajar dan Ismail kecil ditinggalkan oleh nabi Ibrahim atas perintah Allah di suatu tempat yang kemudian kelak bernama Ma'kah. Ketika itu Ismail kecil kelaparan dan tak ada makanan dan air.
Air susu ibunya juga kering.Maka ibunya kemudian mencari makanan dan air. Ketika di bukit safa dia melihat air kesana dia berlari. Ketika di bukit Marwah dia melihat air di Safa juga. 7 kali dia bolak balik antara safa dan marwah. Oleh kemudian Allah lewat malaekat Jibril ketika Ismail kecil menghentak-hentakkan kakinya maka tiba-tiba memancarlah air yang segera diminum oleh mereka berdua.Air zam-zam.Maka tempat ini kemudian berkembang ketika para kafilah berdatangan dan menetap. Nabi Ibrahim pun kembali dan membangun ka'bah atas perintah Allah. Nabi Ibrahim pun memanggil kita untuk berhaji dan umrah.
Setiap kita melewati pilar atau lampu hijau antara bukit safa dan marwa kita berlari-lari kecil bagi kaum lelaki.Antara bukit safa dan marwa sudah dibangun moderen sudah berlantai keramik dan dilengkapi penyejuk ruangan.Dan sudah memiliki tiga lantai kalau tak salah. Tinggal pilih mau sai di lantai bawah atau atas. Kalaupun orang tidak kuat tawaf dan sai bisa menggunakan kursi roda atau memakai jasa petugas khusus disana.Mereka memakai rompi hijau dan terkordinir.Gelombang manusia tiada henti dengan lafads takbir doa.
Tak terasa walau kaki agak kecapean ritual sai pun selesai. Pembimbing kami pun tahallul mencukur rambutnya sendiri kemudian memotong rambut kami bergantian.Umrah pertama selesai. Bebas kembali ke hotel memakai wangi-wangian dan memakai pakaian berjahit. Setiap hari setiap memasuki waktu shalat pintu ruangan masjid yang sudah penuh akan dipalang dan dijaga askar. Untuk itu kita harus mencari pintu lain atau naik eskalator menuju lantai dasar atau lantai dua atau lantai 3 untuk shalat berjamaah. Bagi yang terlambat biasanya mereka shalat di koridor masjid. Luasnya masjid seakan tak mampu menampung jamaah. Makanya sekarang masjidil haram terus diperluas.
Setiap selesai shalat berjamaah para manusia membludak.Kipas angin raksasa dinyalakan dengan hembusan air yang diberi pengharum setiap area jalan keluar dari masjid.Disini biasa banyak jamaah tersesat atau terpisah dari rombongan. Sangat penting bagi mereka usia lanjut yang tak ditemani keluarga untuk selalu membawa id card dari travel dan kartu nama hotel. Setidaknya jika tersesat ada warga indonesia atau warga negara lain yang bisa membantu.
Persoalan tawaf bisa dilakukan kapan saja. Selepas shalat subuh adalah membludaknya orang tawaf.Menghindari berdesak-desakan saya biasa tawaf di lantai 3. Pernah tawaf sendirian dan berkesempatan melihat telapak kaki nabi Ibrahim dekat hijir Ismail. Sempat sholat dekat hijir Ismail dan mencium baitullah.Â
Itu pun melalui perjuangan keras. Menahan laju para orang yang masih tawaf sementara waktu shalat isya semakin dekat. Terus bertahan walau pernah terlintas untuk mundur ketika gelombang manusia tiada hentinya. Beruntung orang India di samping saya menguatkan bertahan. Kami pun saling bergandengan tangan dan berkomunikasi english patah-patah.
Akhirnya dapat shalat berjamaah isya. Saya lihat sebelumnya imam masjidil haram ataukah muadzinnya mengoleskan minyak pada dinding ka'bah dan bau harum pun menyeruak.Sholat berjamaah di mulai. Setelah salam para jamaah pun berlompatan untuk mencium baitullah.
Saya yang kaget biasanya berzikir dulu ikut pun melompat cepat. Tak mau ketinggalan.Menerobos di bawah ketiak orang besar sekuat tenaga tanpa mendorong. Dinding ka'bah pun saya dapat dan menciumnya dan berdoa khusyuk sampai air mata hendak berlinang.Semua doa dunia akherat terucapkan lirih. Doa untuk keluarga besarku,keluarga istriku dan doa saudara muslimku sampai hajat pribadi.Doa untuk kesehatan anak dan istri.Lama disana walau terasa dorongan orang dibelakang semakin kuat untuk menggantikan posisiku. Aku bergeming masih terus berdoa berulang-ulang. Kupanggil nama-nama mereka yang pernah menitip untuk disebutkan di depan baitullah.
Merasa semua doa telah terucap aku pun menyeruak mundur dan segera digantikan oleh yang sejak tadi dibelakang mengantri. Terasa lapang ketika semua doa telah tersampaikan. Kebiasaan baru pun berlaku selama di Madinah dan Makkah terbangun pukul 3 dini hari untuk sholat tahajjud di masjid. Memperbanyak shalat sunnat mumpung masih disana. Namun setan pun tak henti menggoda untuk selalu membisikkan agar tak ke masjid. Ketika pun sampai di masjid antara menunggu shalat subuh saya harus menahan kantuk yang terasa mengusap-usap mata saya.
Persoalan belanja di Makkah akan berbeda di Madinah. Di Makkah tak ditemukan lagi gerobak. Mereka lebih rapi dengan jejeran toko kiri kanan jalan.
Walaupun masih ada menjual ditengah jalan namun akan cepat di usir oleh askar jika kedapatan.Masalah harga untuk toko-toko di seputaran masjidil haram menurutku mahal ketimbang di Madinah. Biasa mereka menjual harga tiga kali lipat. Harus bisa menawar seperdua harga namun jurus pedagang disana biasa katakan kita bakhil alias kikir.Untung-untung kalau tak menyuruh pergi. Para pedagang disana juga tidak semuanya arab. Ada yang Bangladesh,India dan Pakistan malahan ada dari Indonesia. Pernah saya temukan di Jabal Uhud.
Kebetulan hotel saya tempati searah dengan hotel Makkah Royal clock tower. Sebuah land mark kota makkah. Bangunan tertinggi kedua di dunia setelah yang di Dubai.Hotel yang memiliki jam disetiap sisinya dan bulan sabit pada puncaknya.Jadi agak memudahkan saya ketika keluar masjid hanya mencari dan mendongak melihat tower clock ini.Disamping ada pusat perbelanjaan sekaligus para tukang cukur. Barber shop yang selalu menawarkan kita untuk cukur setelah umrah. Mereka menawarkan dengan kata botak. Maksudnya cukur gundul.Tarifnya pun 10 real. Hitungan uang indonesia jika kurs 1 real 3700 rupiah maka sama dengan 37 ribu bulatkan saja 40 ribu. Lumayan bukan ? Saya pun memilih salah satu barber shop dan menggunduli kepala ini. Berharap ada rahmat dan semua dosa-dosa terkikis habis.Seperti Sabda Rasulullah saw.,
"Ya Allah rahmatilah orang-orang yang menggundul rambutnya." Lalu orang-orang berkata, "Dan orang-orang yang memendekkan rambutnya wahai Rasulullah." Namun Rasulullah saw. bersabda lagi, "Ya Allah rahmatilah orang-orang yang menggundul rambutnya." Orang-orang pun berkata lagi, "Dan orang-orang yang memendekkan rambutnya wahai Rasulullah." Lalu Rasulullah saw. bersabda, "Dan orang-orang yang memendekkan rambutnya." (HR. Bukhari
Jadilah kepala saya botak sampai ditanah air. 5 menjelang 6 hari di Makkah tak terasa. Aktivitas memantau keadaan tanah air pun tetap terlaksana. Mengikuti perkembangan saat terjadinya gerhana matahari dan doa untuk keselamatan rakyat Indonesia. Berharap mereka bisa memaknai setiap fenomena alam. Selalu ada rahasia dari sang pencipta. Walau hanya mengandalkan wifi hotel cukuplah untuk berdaring terhubung  video call dengan keluarga lewat aplikasi Line.
Selama di Makkah kami pun menyempatkan berkunjung ke padang arafah dan jabal rahmah. Konon katanya di Jabal Rahmah ini tempat pertemuan nabi Adam dengan Hawa setelah sekian lama terpisahkan. Disini ada tonggak atau tugu. Di tempat ini ramai penjual. Ada juga tukang fhoto yang langsung jadi. Tapi hati-hati biasanya harganya mahal. Mereka biasa sedikit memaksa. Katakan saja la.la...la..dalam bahasa arab tidak.
Pengunjung juga ada yang shalat walaupun sudah ada pengumuman untuk tidak shalat di sekitarnya.Terkadang beberapa orang melakukan ritual yang tak semestinya dilakukan. Kami lanjut menuju museum tempat penyimpanan barang terkait ka'bah. Mulai dari mimbar, pintu ka'bah,besi pengaman sumur zam-zam, menara masjid haram serta penutup maqam Ibrahim.
Ada juga tempat batu hajar Aswad. Semuanya lengkap mulai foto ka'bah jaman dulu. Menyempatkan singgah di peternakan onta mencicipi susu onta dan melanjutkan perjalanan. Menyaksikan parkiran mobil bus yang hanya dikeluarkan ketika musim haji. Areanya sangat luas terpisah dengan parkiran bus yang sudah rongsok alias sudah tak terpakai.
Oleh-oleh terasa cukup karna budget yang memang terbatas. Packing barang dan tas telah siap.Malam kamis menjelang dinihari kami pun tawaf wada yaitu tawaf perpisahan menunggu sampai subuh. Shalat subuh terakhir di masjidil haram berlangsung khusyuk walau setan berusaha menggoda dengan tiupan rasa kantuknya. Maklum ruangan tetap ber Ac. Menatap ka'bah dan berdoa selepas sholat berharap bisa datang kedua kalinya bersama anak istriku tercinta kelak.Amin.
Semua barang telah siap dan bus telah menunggu. Pagi itu kami meninggalkan kota Ma'kah menuju Jeddah. Sembari menunggu pemberangkatan sore kami akan keliling melihat kuburan nenek moyang kita siti Hawa dan tempat pelaksanaan hukuman qisas.
Terus ke masjid terapung di laut merah. Masjid terapung yang hampir sama di pantai Losari Makassar. Mungkin ide pembangunan masjid terapung di Makassar berasal dari masjid di laut merah Jeddah ini.Mengambil gambar sesuatu yang wajib. Jepret sana jepret sini.Puas mengabadikan moment selanjutnya menuju pusat perbelanjaan. Sebuah toko yang berbau indonesia. Toko murah Ali. Ya harga sedikit murah ketimbang harga parfum dan pakaian misalnya di bandingkan kota Ma'kah.
Orang-orang kembali belanja,dan terpaksa membongkar kembali travel bag untuk memasukkan beberapa botol parfum yang melebihi dari 100 ml. Aturan penerbangan melarang membawa cairan lebih 100 ml.Kecuali di bagasi. Menjelang duhur kami memasuki bandara King abdul Azis. Menyempatkan sholat di masjid bandara dan menjamaknya sebelum terbang ke Kuwait lewat Kuwait Airlines.
Perjalanan pulang berbeda ketika berangkat maskapai Ettihad pulangnya Kuwait Airlines.Terasa singkat perjalanan ketika sampai di Kuwait untuk berkemas pindah pesawat Kuwait airlines lainnya menuju Jakarta.
Ketika di ruang tunggu mendapatkan informasi dari pihak maskapai bahwa pesawat delay akibat gangguan teknis. Penerbangan dilanjutkan besok pagi. Untuk itu maskapai menyediakan kami hotel dan makan malam. Dengan sebuah bus maskapai kami pun di antar ke hotel yang masih area bandara Kuwait.Menikmati makanan ala indonesia nasi kuning dengan seabrek makanan lainnya. Cukup memuaskan. Kamar hotel pun bersih dan kami juga cuma berdua dalam satu kamar. Jika membandingkan fasilitas hotel di Madinah dan Makkah,hotel bandara unggul.Dari kaca hotel dapat disaksikan latar bandara dengan pesawat yang masih parkir.
Rasa nikmatnya hotel tak mengalahkan kami untuk segera berkemas untuk pemberangkatan ke Jakarta pagi ini.Setelah sarapan pagi kami dibawa kembali ke bandara dan bersiap kembali ke Jakarta.Lazimnya bandara pemeriksaan barang adalah hal rutin dan wajib. Dengan sebuah bus kami menuju ke pesawat yang tengah parkir jauh. Tentunya melalui tangga pesawat bukan garbarata.
Perjalanan ke tanah air pun dimulai kurang lebih 7 jam. Fasilitas Maskapai ini hampir sama dengan layar monitor namun rasa kantuk mengalahkan segalanya. Hanya terbangun ketika para pramugari itu menawarkan makan dan minum.Pasta or chicken..'ha@ha..milih pasta ya makanan ala italia milih chicken berarti pasangan nasi. Penumpang sih banyak tertipu.Jadi kalau tidak tukaran yah dimakan seadanya. Maklum tidak biasa di lidah.
Ternyata bersama kami ada penumpang dari Malaysia, jadi singgah dulu di bandara Kuala Lumpur. Menurungkan penumpang namun kami penumpang Indonesia tetap di tempat. Kurang lebih 30 menit pesawat pun take off menuju Jakarta.Pilot. Awak kabin,pramugari sudah berganti dengan orang melayu Malaysia. Cakap kami pun jadi lancer. Awak nak ngerti kita juga ngerti. Macam cakap upin dan ipin kita nih.
Kuala Lumpur-Jakarta terasa singkat. Pukul 2 malam wib kami pun menginjak tanah air.Membereskan bagasi menunggu untuk pemberangkatan pagi. Memasuki ruang tunggu setelah shalat subuh dan terbang ke Makassar melalui maskapai Sriwijaya Air.Pendaratan mulus di bandara Sultan Hasanuddin dengan cuaca yang cerah. Sanak keluarga telah menunggu kami masing-masing kembali ke kampung.Kami saling bersalaman dan berpelukan dengan teman seperjuangan.Berharap dapat ketemu lagi. See you later.!
YA Allah izinkan hambamu ini bersama anak dan istri untuk kembali ke Baitullah lagi. Amin.....!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H