Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biarkan Aku Berkisah Tentang Tanah Haram

4 Maret 2018   17:11 Diperbarui: 4 Maret 2018   17:59 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabar,sabar dan sabar inilah ujian.Inilah ibadah yang mesti harus sempurna pelaksanaannya. Membiarkan tubuh kami terdorong-dorong dengan menjaga niat untuk tak membalas.Satu kali putaran,dua kali putaran sampai tujuh putaran. Dengan menahan sabar. Setiap lewat depan hajar aswad mengangkat tangan mengucapkan Bismika Allahu Akbar sembari mengecup tangan.Mengucapkan doa keselamatan dunia akherat setiap melewati rukun yamani. RABBANA ATINA FI'DUNIA HASANATAN WAFIL AKHIRATI HASANATAN WAQINA ASABANNAR.Doa pribadi dan keluarga terpanjatkan. Melaksanakan shalat sunnat tawaf dan berdoa khusyu sembari menatap ka'bah. Berharap Zat maha tinggi mengijabah doa kami.

Bergegas meminum air zamzan untuk pertama kalinya. Meminumnya berdiri sambil menghadap ke ka'bah. Rasa segar pun terasa meneguk tiga gelas kaca berharap Allah memberikan kesembuhan penyakit melalui air zam-zam ini.Lanjut untuk sai antara bukit safa dan marwah.Tempat ini adalah dua bukit yang pernah dilalui oleh siti Hajar istri nabi Ibrahim dan ibu dari nabi Ismail.Ketika sitti Hajar dan Ismail kecil ditinggalkan oleh nabi Ibrahim atas perintah Allah di suatu tempat yang kemudian kelak bernama Ma'kah. Ketika itu Ismail kecil kelaparan dan tak ada makanan dan air.

Air susu ibunya juga kering.Maka ibunya kemudian mencari makanan dan air. Ketika di bukit safa dia melihat air kesana dia berlari. Ketika di bukit Marwah dia melihat air di Safa juga. 7 kali dia bolak balik antara safa dan marwah. Oleh kemudian Allah lewat malaekat Jibril ketika Ismail kecil menghentak-hentakkan kakinya maka tiba-tiba memancarlah air yang segera diminum oleh mereka berdua.Air zam-zam.Maka tempat ini kemudian berkembang ketika para kafilah berdatangan dan menetap. Nabi Ibrahim pun kembali dan membangun ka'bah atas perintah Allah. Nabi Ibrahim pun memanggil kita untuk berhaji dan umrah.

Setiap kita melewati pilar atau lampu hijau antara bukit safa dan marwa kita berlari-lari kecil bagi kaum lelaki.Antara bukit safa dan marwa sudah dibangun moderen sudah berlantai keramik dan dilengkapi penyejuk ruangan.Dan sudah memiliki tiga lantai kalau tak salah. Tinggal pilih mau sai di lantai bawah atau atas. Kalaupun orang tidak kuat tawaf dan sai bisa menggunakan kursi roda atau memakai jasa petugas khusus disana.Mereka memakai rompi hijau dan terkordinir.Gelombang manusia tiada henti dengan lafads takbir doa.

Tak terasa walau kaki agak kecapean ritual sai pun selesai. Pembimbing kami pun tahallul mencukur rambutnya sendiri kemudian memotong rambut kami bergantian.Umrah pertama selesai. Bebas kembali ke hotel memakai wangi-wangian dan memakai pakaian berjahit. Setiap hari setiap memasuki waktu shalat pintu ruangan masjid yang sudah penuh akan dipalang dan dijaga askar. Untuk itu kita harus mencari pintu lain atau naik eskalator menuju lantai dasar atau lantai dua atau lantai 3 untuk shalat berjamaah. Bagi yang terlambat biasanya mereka shalat di koridor masjid. Luasnya masjid seakan tak mampu menampung jamaah. Makanya sekarang masjidil haram terus diperluas.

Setiap selesai shalat berjamaah para manusia membludak.Kipas angin raksasa dinyalakan dengan hembusan air yang diberi pengharum setiap area jalan keluar dari masjid.Disini biasa banyak jamaah tersesat atau terpisah dari rombongan. Sangat penting bagi mereka usia lanjut yang tak ditemani keluarga untuk selalu membawa id card dari travel dan kartu nama hotel. Setidaknya jika tersesat ada warga indonesia atau warga negara lain yang bisa membantu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Biasanya dari travel kita dapat layanan 2 kali umrah dipandu oleh pembimbing. Namun kalau anda mau umrah lebih atau mengumrahkan orang yang sudah mati anda harus keluar dari tanah haram untuk miqat misalnya masjid di Jiro'nah. Saya sempat bersama dengan bapak mengumrahkan kakek dan nenek dari pihak ayah. Dari pihak ibu nenek sudah umrah dan kakek yang telah meninggal telah di umrohkan oleh paman tahun lalu.

Persoalan tawaf bisa dilakukan kapan saja. Selepas shalat subuh adalah membludaknya orang tawaf.Menghindari berdesak-desakan saya biasa tawaf di lantai 3. Pernah tawaf sendirian dan berkesempatan melihat telapak kaki nabi Ibrahim dekat hijir Ismail. Sempat sholat dekat hijir Ismail dan mencium baitullah. 

Itu pun melalui perjuangan keras. Menahan laju para orang yang masih tawaf sementara waktu shalat isya semakin dekat. Terus bertahan walau pernah terlintas untuk mundur ketika gelombang manusia tiada hentinya. Beruntung orang India di samping saya menguatkan bertahan. Kami pun saling bergandengan tangan dan berkomunikasi english patah-patah.

Akhirnya dapat shalat berjamaah isya. Saya lihat sebelumnya imam masjidil haram ataukah muadzinnya mengoleskan minyak pada dinding ka'bah dan bau harum pun menyeruak.Sholat berjamaah di mulai. Setelah salam para jamaah pun berlompatan untuk mencium baitullah.

Saya yang kaget biasanya berzikir dulu ikut pun melompat cepat. Tak mau ketinggalan.Menerobos di bawah ketiak orang besar sekuat tenaga tanpa mendorong. Dinding ka'bah pun saya dapat dan menciumnya dan berdoa khusyuk sampai air mata hendak berlinang.Semua doa dunia akherat terucapkan lirih. Doa untuk keluarga besarku,keluarga istriku dan doa saudara muslimku sampai hajat pribadi.Doa untuk kesehatan anak dan istri.Lama disana walau terasa dorongan orang dibelakang semakin kuat untuk menggantikan posisiku. Aku bergeming masih terus berdoa berulang-ulang. Kupanggil nama-nama mereka yang pernah menitip untuk disebutkan di depan baitullah.

Merasa semua doa telah terucap aku pun menyeruak mundur dan segera digantikan oleh yang sejak tadi dibelakang mengantri. Terasa lapang ketika semua doa telah tersampaikan. Kebiasaan baru pun berlaku selama di Madinah dan Makkah terbangun pukul 3 dini hari untuk sholat tahajjud di masjid. Memperbanyak shalat sunnat mumpung masih disana. Namun setan pun tak henti menggoda untuk selalu membisikkan agar tak ke masjid. Ketika pun sampai di masjid antara menunggu shalat subuh saya harus menahan kantuk yang terasa mengusap-usap mata saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun