Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biarkan Aku Berkisah Tentang Tanah Haram

4 Maret 2018   17:11 Diperbarui: 4 Maret 2018   17:59 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditengah masjid terdapat kubah hijau. Ini adalah tanda bahwa dibawah kubah ini adalah makam baginda rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khabtab.Berdampingan tiga. Para jemaah pun berlomba-lomba untuk shalat di area ini. Area ini dikatakan sebagai Raudah.

Area ini merupakan bekas rumah rasulullah dan dulunya bersambungan dengan masjid Nabawi.Tempat ini salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Makanya orang pun rela berdesak-desakan untuk masuk ke Raudah.Jangan heran ketika shalat di masjid ini orang akan lalu lalang depan kita. Membuat kita tak bisa fokus namun seperti itulah adanya. Kondisi yang demikian merupakan pengecualian di masjid Nabawi dan masjidil Haram.

Setiap saat askar pun berjaga dan memperingatkan para peziarah yang terlalu mengkultuskan makam.Saya pun sempat masuk Raudah setelah berjuang dengan mereka yang bertubuh besar. Shalat 2 rakaat dengan orang lalu lalang di depan. Doa pun terpanjatkan.Kemudian lewat di depan makam dan mengucapkan salam pada junjungan nabiullah dan makam para sahabatnya.

Di dalam masjid setiap saat ada pengajian yang pesertanya bisa dari para jamaah. Belajar mengaji dan memperlancar tajwid dari guru-guru disana.Di sana pun kita akan cepat akrab dengan sesama orang indonesia dan malaysia. Ya sama-sama melayu. Muka sudah tak asing. Bisa dibedakan dengan ras India,Turki,Banglades atau Pakistan atau ras lainnya.Jika ada yang memakai sarung biasanya itu orang Indonesia.

Bicara tentang makanan indonesia di sana tak usah khawatir. Disana ada khusus warung makanan indonesia. Saya tak sempat mencobanya cuma sekedar lewat. Lagian juga makanan yang disiapkan di hotel adalah menu indonesia. Soalnya pihak hotel kerja sama dengan catering orang indonesia untuk siapkan menu indonesia.Jadi dalam satu hotel setiap ruangan makan dipisahkan antara orang indonesia dengan bangsa lain. Bangsa lain dengan meja tersendiri dan menu khas negara mereka juga. Saat waktu makan tiba ruangan makan pun ramai dengan menu bermacam-macam.

Empat hari di Madinah dengan rutinitas ibadah dan sekedar belanja terasa singkat.Namun masih sempat ke masjid Quba masjid yang pertama kali dibangun oleh rasulullah. Terus ke  Jabal uhud dan ke kebun kurma. Sempatkan siarah ke pekuburan Baqi. Pekuburan yang berbeda dengan kuburan di Indonesia. Pekuburan yang ditembok tinggi sekelilingnya  berbatasan langsung dengan area masjid Nabawi.Di sini tak akan dijumpai kuburan di semen permanent. Orang baru meninggal cukup ditandai dengan onggokan kerikil dengan batu sebesar kepala di atasnya. Setelah sekian lama kuburan ini akan dipakai untuk mengubur mayat yang baru.

Di dalam area ini ada pengumuman untuk tidak mengkultuskan kuburan seperti membungkuk,berjalan mundur atau ritual lain yang sering dilihat di tanah air. Jika kedapatan askar disana akan mengusir anda.Di sana ada pengumuman dan hadits yang memuat tentang ziarah kubur dalam berbagai bahasa,termasuk indonesia.Intinya ziarah kubur hanya untuk mengingat kematian bukan mengharap berkah dari orang yang sudah mati.

Tibalah saatnya kami meninggalkan Madinah menuju Makkah untuk menjalankan ibadah umrah.Perjalanan dengan jarak tempuh kurang lebih 500 km kalau tak salah.Pemandangan yang sama hamparan gunung batu dan padang pasir sepanjang perjalanan. Mengambil miqat di masjid Birr Ali karena kami dari Jeddah ke Madinah terus ke Ma'kah.Menetapkan niat dan memakai ihram dengan melepaskan semua pakaian berjahit,tidak memakai wangi-wangian dan sholat ihram dua rakaat sebelum melanjutkan perjalanan.Sepanjang perjalanan kalimat talbiyah pun terdengar dari mulut kami.LABBAIKALLAHUMMA LABBAIK LABBAIKA LASYARIKA LAKALABBAIK INNAL HAMDA WA'NIMATA LAKA WALMULK LASYARIKALAK.Kami penuhi panggilanMu ya Allah.

Kami pun sampai di Makkah ketika sudah malam. Doa memasuki kota Makkah pun terucap dipandu oleh pembimbing. Kota Makkah pun ramai bermandi cahaya. Mobil bus yang kami tumpangi akhirnya berhenti hotel Yajid. Kami pun semua bergegas memasuki hotel. Di hotel ini kami tidur berempat berada pada lantai 9.Masih sama dengan di Madinah menggunakan fasilitas lift menghubungkan lantai dasar dengan lantai atas.Masih momok bagi nenek-nenek yang ada pada rombongan kami.

Istirahat sejenak setelah menjamak shalat magrib dengan isya dengan pakaian ihram kami pun menuju masjidil haram. Melaksanakan umrah,tawaf 7 x dan sai 7 x serta tahallul nantinya.Perjalanan di mulai jam 12 malam. Memasuki masjidil haram kami sudah berdesak-desakan di pintu masuk. Bukan karena jumlah pintu di masjidil haram yang kurang namun jumlah jamaah umrah memang yang membludak.Dari berbagai suku bangsa.Bayangkan sudah tengah malam para jamaah masih berdatangan. Masjidil haram tak pernah sepi 24 jam. Dari pagi sampai paginya lagi tak pernah kosong jamaah melakukan tawaf.

Alas kaki pun harus dibawa serta karena tidak menutup kemungkinan jalan keluar akan berbeda.Doa istigfar berulang kali ketika nampak kiblat umat islam sedunia,Ka'bah kelihatan.Berdiri agung ditengah-tengah dengan ribuan orang sedang tawaf mengelilingi ka'bah. Bukan cuma di lantai bawah yang berdekatan langsung dengan ka'bah tapi lantai 2 dan 3 pun penuh melakukan tawaf. Kami pun tawaf di lantai dasar. Saling berdesakan. Disinilah kesabaran kita di uji. Ketika keringat bercucuran saling dorong dan salip pun terjadi. Kipas angin besar yang terpasang sekeliling pun seakan tak sanggup mengatasi kegerahan.Kami membentuk barisan menjaga perempuan di dalam barisan. Terkadang ada juga jamaah lain mencoba menerobos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun