Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biarkan Aku Berkisah Tentang Tanah Haram

4 Maret 2018   17:11 Diperbarui: 4 Maret 2018   17:59 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua-duanya maskapai milik UEA.Pesawat yang kami tumpangi ini berbadan besar mungkin jenis air bus.Terdapat dua lorong dengan deretan kursi sejajar. Uni emirate arab Ini salah satu negara di timur tengah yang melaksanan balap mobil formula one. Jadi Michael Schumaker sering balapan di sini. Begitu pun juga nanti untuk pembalap Indonesia Rio Haryanto yang terjun di F1. Cuma sayangnya dukungan dari Indonesia tidak maksimal.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Ok. Untuk Fasilitas yang diberikan maskapai Ettihad ini pun lumayan bagus. Selimut,bantal penyanggah,headset dan layar monitor di depan masing-masing untuk menonton aneka film atau sekedar mendengarkan murothal quran.

Untuk penerbangan domestik yang pernah saya lalui belum pernah saya dapatkan fasilitas layar monitor untuk menonton. Mungkin karena perjalanan di Indonesia rata-rata singkat atau hanya tersedia untuk kelas bisnis saja.Makanan yang diberikan wuih jangan ditanya dari makanan ala Indonesia sampai pada aneka jus dan snack ala timur tengah. Sejenis roti-roti gitu.

Pramugarinya face arabian dengan kecantikan khas,tubuh agak tinggi dari kita orang melayu.Agak lucu kalau mereka menawarkan minum atau snack, kalau tidak mengerti sedikit bahasa english ya pasti kelabakan. Bagaimana tidak kalau nenek-nenek dan kakek-kakek dari tanah air ditanya tentang mau makan dan minum apa ya pastinya cuma melongo. Jadilah kami yang paham secuil ikut nimbrung menterjemahkan.Atau kalau pramugarinya bingung langsung minta maaf dan minta tolong tanya pada kami yang mengerti secuil english.

Pukul 11 malam waktu Abu Dhabi lewat sedikit kami pun sampai dan mendarat dengan selamat di bandara Abu dhabi.Seperti lazimnya bandara. Masih diribetkan dengan pemeriksaan barang bawaan.Menunggu di gate G.35 bersama dengan rombongan umrah dari Uzbekistan,Pakistan bangsa urdu yang mayoritas islam.Cukup riuh mendapati mereka dengan bahasanya. Mereka dalam rombongan besar dan telah memakai ihram.

Beberapa dari mereka telah mandi di mushalla bandara. Mereka pun mewakili etnis cambang dan janggut yang di biarkan panjang. Perempuannya pun dengan pakaian khas mereka. Bagi kita yang melayu mereka kelihatan cantik berbeda dengan melayu. Mungkin karena jarang menjumpai mereka.Di bandara ini anda bisa mengisi waktu dengan mengotak-atik komputer yang terpasang di lantai dasar.Memang diperuntukkan untuk para penumpang. Bisa untuk online atau sekedar bermedia sosial.

Pukul 2 dinihari waktu UEA pesawat Ettihad pun melanjutkan

perjalanan.Kali ini dengan jenis pesawat berbeda agak kecil namun fasilitas masih sama.Sekitar 3 jam dari Abu Dhabi ke Jeddah. Masih bisa menonton aneka film bergenre action,drama,sampai pada laporan Tv langsung . Dengan headset masing penumpang larut dengan film. Ada juga yang memilih tidur. Saya pun hanya dapat melek sebentar di depan monitor film berjudul PI tentang petualangan di laut kemudian menyerah tertidur.

Sekitar pukul 5 dinihari waktu setempat,Ettihad pun mendarat mulus. Maksud hati menyaksikan pemandangan kota Jeddah dari atas tak berjalan mulus. Soalnya masih malam. Yang nampak hanyalah cahaya lampu berkilauan menyebar yang menandakan Jeddah termasuk kota ramai.Pemeriksaan masuk di bandara ini cukup ketat.

Mulai dari pasport,visa dan dokumen lainnya seperti buku vaksin meningitis.Kita juga harus melalui pemeriksaan sidik jari sama ketika kita mengambil SIM. Setelah itu kita harus berdiri di depan meja petugas yang telah dilengkapi kamera. Foto kami pun di ambil satu persatu.Cukup lama prosesnya sampai selesai. Antrian membludak dari berbagai bangsa.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Lewati itu semua kami pun bernapas lega dan dapat segera keluar dari bandara. Di luar kami pun disambut dengan para orang indonesia yang menawarkan kartu perdana lokal semisal kartu operator Zain untuk berkomunikasi dengan kerabat di tanah air. Harganya pun cukup mahal menurutku. Jadi saya tetap memilih setia dengan telkomsel,walaupun harus kena roaming ketika menelpon.

Namun saya rasa agak murah ketimbang beli kartu baru yang cuma bisa dipakai 10 hari.Lagian pula tidak setiap hari menelpon juga. Cuma biasanya kalau ada keluarga menelpon biasanya tidak diangkat,karena kena roaming. Pulsa kita juga terkuras. Kenapa kemudian ini mahal. Jawabnya karena Telkomsel nebeng pada fasilitas operator selular Arab Saudi. Makanya untuk menghemat saya pakai saja SMS. Cukup murah satu kali sms ke tanah air cuma Rp. 1000.Paket internet pun cukup mahal baik telkomsel sendiri. Makanya untuk kebutuhan data dan online mengandalkan wifi dari hotel yang kami tempati baik di Madinah atau di Makkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun