Oleh Kosmas Lawa Bagho
Pekik Merdeka tahun 1945 sayup-sayup terdengar
Deraian air mata dan jutaan nyawaÂ
merekam jelas pada lintasan sejarah
Saat hanya berbekalkan bambu runcing
Nenek moyang kita mengusir penjajah
Â
Itu memang sudah terjadi lama
Walau jika hanya mengukur waktu
Itulah saat singkat
Tujuh puluh enam tahunÂ
17 Agustus 2021 kita pekikkan lagi Merdeka
Â
Merdeka momen itu sungguh kental maknanya
Orang merayakan dengan suka cita bahkan membanggakan
Ku tak tahu persis, apa maknanya kini
Tak lagi indah tujuan awalnya
Â
Merdeka kian merana kehilangan arah perjuangan
Ketika sebagian kita saling melukai laksana laut memuntahkan abrasi
Jutaan mulut kita saling memaki, tidak saling menghargai
Â
Di tengah situasi pelik pandemi covid-19Â
Mari kita pekikan Merdeka sekali lagi
Kita memaknainya dengan tindakan kasih
Merdeka bukan dari tanah ini
Curahan Illahi dalam wujud insani
Â
Merdeka ...
Ketika rakyat dari kota sampai kampung menikmati air bersih
Ketika aspal dan rabat beton dari hulu hingga hilir
Ketika anak-anak menikmati pendidikan dengan fasilitas terbaik
Ketika rakyat mengalami penerangan dari pusat hingga pinggir
Sembari mengutak-atik barang antik, opa oma tertawa geli
Â
Merdeka ...
Mungkinkah masih bermakna bagi generasi ini
Â
Ende, 17 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H