Cerita-cerita yang kami bangun untuk membunuh waktu tunggu cukup lama. Kami tidak merasa jenuh atau bosan. Justru kami sangat menikmati. Permbicaraan kami melanjut pada masa depan pemberdayaan masyarakat melalui Serviam Bhakti Mandiri.
Pukul 17.00 baru acara mulai. Para undangan hadir. Pastor paroki, penasihat kelompok dan bruder Alma. Kepala Desa setempat tidak sempat hadir karena masih ada tugas kedinasan di kantor kepala desa.
Acara dibuka oleh sang protokol dengan bahasa yang sejuk mengalir seperti seorang penyair. Mungkin beliau salah seorang suami dari ibu yang menjadi peserta Kelompok Mandiri. Kata-kata yang indah, sampai penulis yang mewakili Kopdit Serviam Bhakti Mandiri salah menyapa sebagai bruder (salah seorang petugas pastoral yang mengikrarkan kaul kemurnian, ketaatan dan kemiskinan dalam Gereja Katolik, red).
Protokol itu melanjutkan dengan doa dan sambuatan ketua Kelompok Mandiri, ibu Avia Goo. Ibu Avia menekankan kerjasama, saling percaya, solid dan jujur dalam berkelompok sehingga diharapkan kelompok ini bisa terus berkembang sesuai zaman. Ibu Avia juga memohon dukungan para suami.
Dilanjtukan dengan laporan pertanggungjawaban oleh sekretaris dan bendahara. Bendahara kelompok, Ibu Merry juga menyapa kami secara khusus dan menjelaskan lagi maksud dan tujuan kehadiran kami di tengah kelompok mereka. Prinsipnya bisa membantu mereka tetnang manajemen keuangan dan ekonomi rumah tangga dan meminta semua peserta bisa menjadi anggota atau bergabung dengan keluarga besar Koperasi Kredit Serviam Bhakti Mandiri Ende seperti dirinya bersama keluarga.
Laporan pertanggungjawaban belum ada tanggapan. Menarik bahwa setiap anggota akan mendapatkan SHU atau saham mati sebesar Rp10.000.000. Diharapkan mereka bisa langsung mendaftar pada koperasi kredit.
Ibu Merry sekali lagi meminta dengan tegas dukungan para suami sebab keuangan yang dikelola Kelompok Mandiri ibu-ibu juga berasal dari uang para suami dan dimanfaatkan juga para suami bersama keluarga apabila peserta meminjam uang pada kelompok. Benar juga. Suami isteri harus saling mendukung satu sama lain.
Dilanjutkan dengan sambuatan atau bahasa mc adalah motivasi berkoperasi kredit oleh pengurus Kopdit Serviam Bhakti Mandiri yang selalu salah sebut dengan Seravim, salah satu kelompok paduan suara terkenal di Ende.
Penulis memberikan satu kata lebih menekankan pada sejarah awal koperasi kredit, tujuan, visi, dan misi serta proses pelayanan. Satu hal yang disoroti adalah menciptakan pengusaha dengan variasi usaha bersama Koperasi Kredit Serviam Bhakti Mandiri baik secara perorangan maupn secara kelompok. Bergabung bersama Serviam berarti harus siap menjadi pengusaha.
Peserta cukup tertarik dengan ide brilian bahwa menjadi pengusaha bisa secara individu tetapi yang lebih menarik adalah secara bersama-sama dengan contoh-contoh konkret yang telah dilaksanakan oleh Kopdit Serviam Bhakti Mandiri. Apalagi tawaran suku bunga pinjaman yang tidak sampai 1% setiap bulan serta bunga simpanan yang bisa mencapai 8% setiap tahun.
Ada nada-nada optimis untuk mendaftarkan menjadi anggota meski ada sebagian yang masih trauma dengan koperasi kredit yang pernah hadir dan besar di wilayah mereka.