Dear February,
Aromamu menggugah relung, yang rindu akan rona-rona merah jambu. Menjadikan kelabu menjadi biru, dan senja itu turut sewarna lazuardi yang mengilhami rasaku.
February,
Biasmu jernihkan pikiranku, lepaskan sesak yang bersarang di gulita hatiku. Membasuh perih atas cerita lalu...
‪_________________________________
Tentang Rasaku
Kutatap maya di depanku, sekilas cemburu menelisik jauh ke dasar hati. Di sudut yang tak mungkin dapat kau temukan seberapa dalam rasa yang kumiliki. Benar, tak dapat sekalipun kau cerna kata-kata yang kutulis di lembar-lembar kerinduan atau pun pesan singkat yang kau baca hingga kini. Apa kau tahu rasanya?
Terlalu samar semua yang kau ungkapkan terhadap angin lalu yang kuhirup hingga menyisa sesak di sini. Enigma rasa, haruskah aku gambarkan cemburu ini dalam buliran kristal yang mengalir di pipiku? Kucoba mencerna rasamu, aku mencoba menerka hatimu. Namun, aku selalu gagal untuk itu.
Sempurna. Aku mencoba mengeja huruf per huruf kata tersebut. Aku tak dapat seperti dia atau siapapun yang masih ada di dasar hatimu sana. Adakah satu masa, dimana aku bertemu denganmu nanti? Adakah satu tempat yang kuimpikan dulu, dan kamu memenuhinya? Adakah satu tempatku di hatimu?
----Tentang rasa yang tak pernah dapat kau mengerti, bahkan kumengerti.
____________________________
Buraian Rindu
Debu rerasa membawa angan
Lekap bersama impian
Metafora kekata pun pujian
Hendak kusandingkan
Beribu kata itu bungkam
Menerjemah elegi waktu yang kelam
Prasasti masa silam
Burai kasih di sepertiga malam
Bilur sunyi mengadu
Embun hati terpaku
Aurora memburu waktu berbatas rindu
; cemburu
Serpihan harap
Bilakah masa mendekap
Hingga malam terlelap
Rindu yang tak terungkap
*Blora, ruang rindu 05/03/2014.
___________________________