Mohon tunggu...
Laurentia Liany
Laurentia Liany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang berlatih dalam dunia jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik K-Pop dan Indie

21 Maret 2021   16:17 Diperbarui: 22 Maret 2021   09:08 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila budaya Kpop tersebar sangat luas dan menghegemoni kebudayaan, lain halnya dengan "indie". Istilah indie sendiri diambil dari kata independent, maka dapat diketahui bahwa indie bersifat bebas atau mandiri (Nugraha, 2019). Salah satu produk indie adalah musik yang dikenal dengan sebutan "musik indie". 

Musik indie memiliki perbedaan mendasar dibanding genre lain (contohnya seperti Kpop) yang terletak pada proses pembuatan lagu mereka. Musik Kpop identik dengan label rekaman. Para penyanyinya melakukan rekaman hingga promosi di bawah naungan agensi, sedangkan Indie bersifat lebih bebas. Mereka tidak terikat dengan label rekaman dan melakukan promosi karya mereka secara "mandiri".

Para musisi Indie dapat menciptakan lagu mereka sendiri tanpa harus mengikuti arahan dari label rekaman, sehingga nilai mandiri dan kreativitas menjadi ciri khas musik Indie. Hal inilah yang menjadi sisi unik dari industri musik Indie. 

Kehadiran genre Indie menjadi salah satu contoh dari subkultur. "Budaya" diartikan sebagai cara hidup tertentu yang mengekspresikan nilai budaya, sedangkan "sub" diartikan sebagai kondisi yang berbeda dengan masyarakat umum. Dari kedua definisi ini, subkultur dapat dipahami sebagai budaya yang menyimpang sebagai alat representasi diri (Mitasari, 2016, p. 142).

Musik Indiepop muncul akibat rasa tidak puas yang dirasakan oleh sebagian orang terhadap kondisi sosial masyarakat, terutama yang berkaitan dengan musik. Lama kelamaan, ketidakpuasan ini berkembang menjadi rasa tidak puas terhadap musik mainstream yang dipandang seragam dan industri musiknya tidak sehat. Hal ini berhubungan dengan lirik lagu musik Indie yang cenderung bersifat kritik atau perlawanan (Mitasari, 2016, p. 143), inilah yang menjadi identitas dari musik Indie dibanding genre musik lain. Dari penjelasan berikut, dapat disimpulkan bahwa musik Indie menjadi salah satu bentuk subkultur. Genre ini identik dengan "melawan" budaya musik mainstream. Contoh karya musik bergenre Indie dapat dilihat dari band Fourtwnty, Naif, dan Nosstress.

Daftar pustaka
Arindanvts. (30 Desember 2020). Korean wave atau hallyu, demam baru di masyarakat?. Dilansir dari Kumparan.

Firdani, K. (2019). Analisis peranan Korean wave sebagai sarana soft diplomacy terhadap penyebaran budaya Korea Selatan di Indonesia. Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Mitasari, D. (2016). Menonton bangkutaman: subkultur musik indie Yogyakarta. Retorik, Jurnal Ilmu Humaniora, 4(2): 137 -- 153.

Nugraha, A. (19 Januari 2019). Mengenal kata indie pada generasi millennial. Dilansir dari Binus Student's Column.

Storey, J. (2015). Cultural theory and popular culture: an introduction (7th ed.). Oxon: Routledge.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun